Monday, February 23, 2009

Pretty si baby sitter


Pretty si Babysitter

by didik prangbakat

Pretty seorang babysitter, sebagai babysitter dia tentu saja menerima kontrak dengan berbagai majikan, dengan bayaran tertentu sesuai aturan. Awal menjadi babysitter Pretty mempunyai misi utama, apalagi kalau bukan mencari nafkah untuk keluarganya. Walaupun kepada sesama babysitter Pretty selalu berkoar, bagaimana menjadi babysitter yang profesional demi anak majikan, demi kualitas anak bangsa dan negara, di era global, tetapi ujung-ujungnya sebenarnya tidak lebih dan tidak kurang Pretty pencari nafkah juga. 

Makin hari Pretty makin memperbaiki kinerjanya sebagai babysitter profesional, sehingga orang berebut mengontraknya dengan imbalan yang makin meningkat. Demikian dijalani Pretty tahun demi tahun, sampailah suatu saat Pretty pada titik nol panggilan jiwanya. Titik nol ini dicapai bukan karena teori kebutuhan mendasar manusia menurut Maslow telah dicapainya, atau karena sebuah rumah, mobil dan kecerdasan sebagai hasil pelatihan yang diikuti secara berkala, telah dimilikinya. Kalau hanya materi, banyak babysitter lain yang lebih kaya, banyak babysitter lain yang lebih piawai dan terampil mengelola anak majikan. Bukan itu, dan untuk memenuhi panggilan titik nol ini tidak harus menunggu semua itu terpenuhi. 

Titik nol yang dicapai Pretty berada pada segumpal darah yang ada pada dirinya, dimana jika segumpal darah itu baik maka baiklah semuanya. Mulai dati titik nol tersebut, Pretty mengubah misinya secara tulus dan ikhlas dari hati yang paling dalam, sehingga orang lain tidak tahu, hanya dirinya yang tahu perubahan itu. Mulai saat itu misi Pretty berubah total dari pencari nafkah menjadi pengharap berkah dan rahmahNya. Pretty menjaga anak majikannya dengan hati, karena mendidik anak sendiri itu naluri, mendidik anak orang lain itu nurani. Pretty bukan sekedar menjaga tetapi mendidik dengan seluruh jiwanya, mengajar setiap anak asuhnya dengan manner tertentu yang lebih baik, melatih kecakapan hidup yang diperlukan seorang anak, ketertiban, kedisiplinan, kejujuran, sehingga anak setiap majikannya tumbuh menjadi generasi yang mandiri, berkarakter dan mempunyai integritas yang tinggi, tidak mudah mencari kambing hitam atau menyalahkan pihak lain, sejak dini mempersiapkan anak asuhnya untuk lebih mencari solusi dari setiap permasalahan.

Saat ini bagi Pretty menjadi babysitter adalah jalan hidupnya, yang akan dijalani dan diselaminya sepenuh hati. Untuk semua itu Pretty tidak minta tambahan gaji, dan memang tidak tercantum didalam kontrak. Itu kontrak Pretty dengan sang Khaliq, yang telah memberi banyak kenikmatan, dan sebagai rasa syukurnya telah diberi banyak keberkahan dalam hidupnya. Pelaksanaan misi tersebut kadang harus dengan perjuangan yang sangat keras, hambatan bisa datang dari sesama babysitter yang selalu mencari kesalahannya, pembantu, bahkan majikan itu sendiri. 

Tapi bukan berarti mulai saat itu Pretty menggratiskan jasa babysitter yang dijalaninya, gaji tetap dibayar sesuai kontrak, tetapi misi Pretty yang berubah. Pretty juga tidak pernah menganjurkan pada babysitter yang lain untuk tidak mengutamakan bayaran, “kerja saja yang baik dan ikhlas, perbanyak sedekah”, sementara dia sendiri memasang tarif yang tinggi, bukan-bukan seperti itu. 
Pretty tidak pernah membandingkan diri dengan babysitter yang lain. Si A kerjanya nggak becus di bayar tinggi, si B tidak begitu cantik tetapi banyak yang suka, tidak pernah itu terlintas di benak Pretty. Dia hanya membandingkan apa yang telah dilakukan terhadap sesama manusia dan Tuhannya dibanding kenikmatan apa yang telah diterima dari sang Pemberi Berkah tersebut. 
Menurut Pretty itu harus seimbang, kalau berbagai kenikmatan itu telah diterima, ada konsekuensi membaginya pada pihak lain tanpa kepentingan lain kecuali ikhlas. Karena Tuhan juga tidak punya kepentingan apa-apa saat memberi kenikmatan kepadanya. 

Masih menurut keyakinan si Pretty, jika tidak pandai bersyukur, maka kenikmatan itu akan dicabutNya. Lagi pula untuk menjadi babysitter yang handal seperti sekarang ini, Pretty tidak punya modal sama sekali. Tubuh yang sehat dan cantik, otak yang cerdas, semua telah disediakan Tuhan, Pretty tinggal pakai, masa nggak ada rasa terima kasih sedikitpun, atau rasa syukur kepada penyedia modal tersebut. 
Walaupun dalam misinya Pretty selalu berusaha untuk menyeimbangkan antara kenikmatan yang telah diterima dengan amal sholeh dalam kerja sehari-hari, tetapi tetap saja kenikmatan yang diterimanya terus mengalir, tak ada putusnya.

Meskipun orientasinya sekarang bukan gaji/imbalan semata, tetapi imbalannya makin meningkat saja sebagai babysitter yang sudah outstanding. Tidak, tidak pernah keseimbangan itu tercapai, kenikmatan, berkah dan rahmahNya jauh lebih besar dibanding jungkirbalik manusia untuk mengabdi kepadaNya. 
Banyak babysitter lain yang mendapat kenikmatan juga seperti Pretty, namun tidak semuanya peka untuk mampu membaca dan menyadari kenikmatan dan keberkahan itu. Pada umumnya mereka selalu mengeluh, tentang gaji yang kecil anak majikan yang nakal, majikan yang kasar, mendikte dan selalu mengawasinya, dan sebagainya. 

Tidak pernah disadari bahwa tubuh yang sehat dan normal tanpa cacat, fikiran yang waras tidak down syndrom, fasilitas yang memungkinkan untuk mobile ke berbagai wilayah, kawan dan sahabat yang baik, lingkungan kerja yang kondusif yang memungkinkan untuk terus berkreasi dan berinovasi, peluang untuk mendidik putera bangsa, memperjuangkan misi mulia tertentu dan sebagainya yang tidak disadari sebagai kenikmatan yang diberikanNya. 

Walaupun misi ini, misi rahasia si Pretty setelah dia melampaui titik nol dalam jiwanya, dan harus diperjuangkan dengan keras dari berbagai hambatan dan tantangan, kadang Pretty ingin juga berbagi cerita dengan teman babysitter yang lain, meski Pretty menyadari sepenuhnya, belum semua babysitter telah mencapai titik nol tersebut, bagi yang belum mencapai titik nol, tentu ceritanya hambar belaka, bahkan akan ada cemoohan, Pretty menyadari itu, karena pencapaian ke titik nol tersebut juga merupakan berkah tersendiri, tidak mungkin dipaksakan manusia tanpa keridhaanNya. Banyak babysitter yang hanya memperjuangkan uang sepanjang hayat dikandung badan, dengan berbagai cara, termasuk kedudukan pada jenjang babysitter yang lebih tinggi, tetapi esensinya materi juga. 
Padahal kalau mau sedikit mengubah misi, dan orientasi seperti si Pretty, rezeki, berkah, kenikmatan tak akan pernah putus, makin meningkat saja. 
Ya, sebenarnya hidup ini nikmat dan simple, enjoy aja dengan bersyukur, dan bersyukur dengan bertindak memperjuangkan misi kebaikan tertentu yang kita yakini, kepada setiap orang yang memerlukan kita dengan tulus dan ikhlas, tanpa interest lain.  

Bayangkan...! si Pretty yang cantik dan anggun, berseragam putih. Kuning langsat kulitnya memantulkan kerendahan hati, sungging senyum manisnya memancarkan kebajikan dan kewibawaan sebagai babysitter usia muda, penuh semangat. 
Tatapan tajam mata bulatnya, memantulkan kecerdasan hati dan kejernihan fikirannya, belaian lembut tangannya merasuk dan menggetarkan jiwa anak-anak balita pemangku masa depan. Pretty bekerja dengan hati, mendidik dengan nurani, mengalir mengikuti naluri kearifannya.

Salam hangat dari Pretty si Babysitter, untuk semua pembaca tulisan ini.

Perjalanan hidup si Pretty:

  mencari nafkah……… mencari berkah……
  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...............................................
  -5 -4 -3 -2 -1 0 + 1 + 2 + 3 + 4 + 5
  Sementara nafkah & kenikmatan terus bertambah

didikp@cbn.net.id

If Tomorrow never comes



 Judul di atas adalah judul lagu yang dilantunkan oleh Ronan Keating, indah sekali si Ronan menggambarkan kasih sayangnya, mungkin kepada isterinya, atau anak perempuannya. If tomorrow never comes, jika esok tak pernah datang lagi.
Lirik lagu secara lengkap dapat anda temukan pada lampiran tulisan ini, sedangkan suara merdu si Ronan dapat anda dengar di kaset atau CD di toko kaset. Tetapi interpretasi bebas dari lagu tersebut kira-kira sbb:
Kadang saat tengah malam telah menggelincir, aku terbangun dan menatapnya saat dia lelap dalam mimpi indahnya, kumatikan lampu dan aku terbaring berangan dalam kegelapan. Berbagai fikiran melintas, seandainya besok aku tak pernah terbangun lagi, pernahkah dia tahu bagaimana perasaanku kepadanya. Jika hari esok tak pernah kulihat lagi, tahukah dia betapa besar cintaku kepadanya, yang tak pernah kuungkapkan. Jika esok tak pernah kulihat lagi, tahukah dia bahwa dia satu-satunya milikku yang berharga. Jika hari ini hari terakhir bagiku, mampukah dia menghadapi dunia sendiri, hanya berbekal kasih sayangku....., secara ringkasJudul di atas adalah judul lagu yang dilantunkan oleh Ronan Keating, indah sekali si Ronan menggambarkan kasih sayangnya, mungkin kepada isterinya, atau anak perempuannya. If tomorrow never comes, jika esok tak pernah datang lagi. demikian kira-kira makna lagu di atas.

If tomorrow never comes, punya satu arti yaitu, Jika hari esok tak ada lagi, atau hari ini adalah hari terakhir. Tetapi kalimat tersebut mempunyai dua makna, pertama hari ini hari terakhir dalam hidup kita, dan yang kedua bisa bermakna hari ini adalah hari terakhir dimana kita bisa berbuat sesuatu hal terbaik yang kita miliki “the best we have”menurut kemampuan kita, dan memberikan kepada orang lain yang memerlukan.
Pernahkan kita berfikir, bahwa hari terakhir, atau esok tak pernah kita lihat lagi adalah sesuatu yang pasti akan datang entah kapan tetapi pasti sekali, pasti akan kita alami. Pernahkah kita berangan, bagaimana orang-orang di sekitar kita yang kita cintai, tahukah mereka perasaan kita kepada mereka yang tak pernah kita ungkapkan selama ini, jika tomorrow never comes again pada kita , mampukah mereka face the world without me. Saat kita berfikir seperti itu tentu kita ingin mempersiapkan segala sesuatunya agar mereka dapat menghadapi dunia tanpa kita. Artinya pada hakekatnya hampir semua hidup kita, kita arahkan untuk berbuat sesuatu untuk orang lain. Bukan sekedar untuk memenuhi dan memanjakan diri sendiri. Seperti ungkapan anak muda “enjoy aja”. Orang lain itu bisa keluarga kita , sahabat kita maupun orang lain yang memerlukan ilmu, pengalaman dan potensi kita. Sebagai orang yang mempunyai ilmu, pengalaman, wawasan di bidang pendidikan, orang lain yang paling sesuai, selain keluarga kita adalah guru. 

Guru dalam arti luas bisa kepala sekolah, pengawas, aparat dinas pendidikan dan orang –orang yang memerlukan ilmu, pengalaman dan kebijakan dan kebajikan kita di bidang penddidikan. Oleh sebab itu tampaknya tidak berlebihan jika setiap hari kita mesti punya rencana, menggali apa yang kita miliki, meramu potensi apa yang ada pada diri kita, kemudian menyajikan menu tersebut, sehingga bermanfaat bagi orang lain, dalam bentuk tulisan, buku, bahan pelatihan atau perbuatan nyata seperti saran saat kita berkunjung ke sekolah, bantuan teknis dan sebagainya. Hanya itu yang layak kita lakukan. Sehingga saat tomorrow never comes again, kita sudah selesai mengalihkan, mewariskan dengan ikhlas semua yang dianugerahkan Tuhan, kepada kita yang berupa kecerdasan, ilmu, , umur, kesempatan (pengalaman) yang mengkristal dalam kebajikan dan kebijakan kita. Karena itulah kewajiban hakiki kita sebagai manusia, memberi jalan dan jembatan pada generasi berikutnya. Kalau itu tidak kita lakukan ada amanah dan kewajiban yang belum selesai. Ada sesuatu pada diri kita anugerah Tuhan, tetapi tidak kita sampaikan kepada yang berhak, dan pada saat tomorrow never comes, semua itu tidak bermanfaat lagi bagi kita. Itulah yang disebut hidup sia-sia.
Mungkin tomorrow never comes belum bermakna sebagai akhir hayat kita. Tetapi sekedar akhir masa kepegawaian kita (pensiun). Saat kita masih menjadi staf direktorat ini, kita bisa melatih ke sana kemari, berkunjung ke berbagai provinsi, memberi saran masukan berbagai hal, turut menyusun pedoman ini dan itu, seminar dan workshop di puncak dan di pantai. Tetapi saat kita pensiun, betapapun bagus ide dan gagasan kita, akan sulit tersalurkan atau terwujudkan, betapapun kita berteriak bagaimana seharusnya pendidikan ini di jalankan, sulit mendapat tempat sebagai bagian dari kebijakan. Padahal ide dan gagasan di bidang pendidikan itulah yang kita miliki. Status kita secara resmi sebagai pegawai di bidang pendidikan adalah sarana strategis untuk menyalurkan dan menghantarkan amanah yang berupa berkah Tuhan tersebut kepada orang lain. 
Kalau semua kegiatan kita sekedar untuk mencari nafkah saja, ya nafkah itu sajalah yang kita dapatkan, kita belum secara ikhlas dan serius menyampaikan titipan Tuhan. Apalagi jika nafkah tersebut kita paksakan untuk menjadi milik kita, akan berdampak buruk pada kehidupan dan keluarga kita. 

Percayalah,... ada suatu hari, dimana hari itu adalah hari terakhir kita, selanjutnya kita tidak bisa berbuat banyak. Lihat dan rasakan, setiap kita membuka mata di pagi hari, hari terakhir itu makin mendekati kita. Seperti libur panjang yang akhirnya berakhir juga. Tamasya kita di dunia nan indah permai ini ada batas waktunya. 

Kita tidak tahu siapa yang duluan, tetapi banyak diantara kawan dan karib kita, telah mengalaminya. Karena Dinas Luar ke provinsi dunia ini, ada batas waktunya dalam SPPD kita masing-masing, Ticket sudah dipesan two way traffic, ticket pulang pergi yang tidak mungkin di cancel. Bahkan, saat SK pensiun belum keluar, sudah dipanggil pulang sebelum tugas selesai. Hanya karena ticket pulang sudah siap. Sayangnya kita tidak bisa negosiasi atau berdebat dengan panitia atau agen travel itu. Tambah uang agar diperpanjang? Seperti yang sering kita lakukan, Woo... itu tidak lazim, dan belum pernah ada. Apapun yang kita kumpul-kumpulkan selama tugas di provinsi ini, orang-orang yang kita cintai, harus ditinggalkan, tidak boleh dibawa serta, karena ruang bagasi dan cabin tidak ada, dan ticket terlanjur dipesan hanya untuk satu orang saja. Yaahh...., tidak usah gusar, karena tabungan kita di kantor abadi telah dicatat dengan cermat oleh panitia dan Kekasih Abadi kita telah menunggu dengan senyum mesranya, kita hanya perlu sedikit bersiap-siap, walaupun kita tidak mungkin ditinggal pesawat.

Selamat bekerja dan belajar, sambil kita salurkan ilmu anugerah Tuhan ke pihak lain secara ikhlas dan berkelanjutan, sehingga saat Tomorrow never comes again pada kita, tuntas sudah tugas kita. Seperti seorang petani yang memandang dari pinggir ladang, kebun sayurnya yang hijau subur dan rimbun, sebagai hasil kerja kerasnya selama ini, siap dipanen oleh anak cucunya

Saat itu kapanpun, kita siap melangkah pulang dari tempat tugas provinsi dunia, kembali ke kantor kita, terlalu lama sih kita tugasnya sehingga seakan-akan kita merasa menetap di provinsi dunia ini. Kita berharap Tuhan dengan ikhlas juga akan memberijalanNya kepada kita. Saat itu kita bisa melangkah sambil tersenyum syukur, melambaikan tangan kepada dunia yang fana ini dan beruntung dapat menyelesaikan tugas duniawi dengan sempurna. Gajah mati tinggalkan gading, kita mati tinggalkan kebajikan, semoga. Jangan lupa sertakan doa, sembari ikhlas dan bersyukur, pada setiap kegiatan yang kita lakukan. (didikp@cbn.net.id)

Anak , Kita, dan Orang Tua Kita

Anak , Kita, dan Orang Tua Kita
Pernahkah kita bayangkan, .........

Alhamdullillah, jika kita diberi umur panjang, suatu saat kita terbaring di sebuah tempat tidur, yang sangat nyaman, di rumah yang sederhana tetapi bersih, teduh dan asri. Walaupun terbaring, kita tidak sedang sakit, Tuhan memberi kita kesehatan sampai usia kita lanjut, hanya saja kondisi degeneratif, karena usia, sebagian fungsi tubuh kita sudah berkurang, mata sudah tidak begitu jelas tanpa kacamata, kaki sudah mulai gemetar jika berdiri lama, sehingga tongkat menjadi teman setia, duduk terlalu lama pinggang sakit. 

Saat terbaring seperti itu otak dan pikiran kita masih jernih dan mampu berfikir dan berangan dengan cemerlang. Mungkin kita hidup berdua saja dengan isteri atau suami kita dan seorang pembantu. Suami atau isteri yang sama-sama diberi anugerah panjang umur oleh Tuhan, isteri atau suami yang menemani kita saat suka dan duka sepanjang hidup kita, disaat-saat menghadapi masa sulit membesarkan anak dan mengantarkan mereka pada jenjang yang mapan sebagai pribadi yang mandiri sebagai manusia dewasa, yang siap menjalani hidupnya sendiri bersama keluarganya. 

Dimana anak-anak sekarang?. Joni ada di Amerika, dengan dasi dan jas lengkapnya, dia sedang memimpin meeting dengan para ilmuwan eropa, sekarang orang memanggilnya Professor Joni, sedang si Rini pada saat yang sama berada di Jerman, sedang observasi lapangan persiapan pembangunan properti oleh perusahaan tempat dia bekerja. Kawannya memanggil di Enjinier Rini.  

Sebulan sekali mereka menelpon mengabarkan kondisi kita, itupun hanya 2 menit. Beberapa tahun yang lalu mereka pulang bersama keluarganya, namun hanya 2 hari harus pindah ke hotel karena anaknya gatal-gatal saat tinggal di rumah, rumah tempat bapak dan ibunya bermain dan beranjak dewasa. Rumah tempat ibu dan bapaknya kelosotan di kolong meja penuh debu tanpa pernah gatal-gatal. 

Ingin rasanya tinggal berlama-lama dengan mereka si Rini dan si Joni, ingin memeluk dan mencium keningnya, mengusap rambutnya meneliti bagian-bagian tubuhnya kalau ada yang kotor atau luka dan cedera. Dulu mereka sebentar saja ditinggal ke belakang sudah menangis dan meraung-raung. Saat kita pulang kerja mereka berlari menyongsong kita , mengulurkan tangannya dan nemplok di dada kita. Saat kita ajak jalan-jalan di tempat asing tangan kita dipegangnya erat-erat, takut kehilangan kita.  


Genggaman tangannya sulit di lepas saat hari pertama kita antarkan masuk sekolah. Pendeknya sulit sekali mereka berpisah dari kita, walaupun kadang kita marah atau jengkel saat mereka kolokan, tetapi sebenarnya kita menikmatinya menjadi gantungan jiwa mereka, rasanya kita rela melakukan apa saja saat mereka mengalami gangguan keamanan dan ketenangan. Kita bisa bertengkar dan melabrak orang lain, gara-gara dia dirugikan atau diganggu. Kita geram pada saudara atau tetangga, gara-gara mereka ribut saat buah hati kita tidur siang. 
Sekarang ..... sebentar saja ingin bertemu sulit sekali, anak-anak yang kita ajari bicara mengucapkan beberapa patah kata dulu, sekarang tidak punya waktu lagi untuk bicara dengan kita. Anak yang kita ajari menulis dan membaca dulu, jarang berkirim sekedar SMS atau surat.

 Jangan mengeluh atau nelangsa, jalur jalan yang dia lewati sekarang berbeda dengan jalur yang kita lewati, walaupun bersebelahan, dia lewat jalur cepat dengan segala fasilitas dan budayanya. Walaupun bersebelahan kita lewat jalan lama, fasilitas lama. Kita tidak pernah lewat jalan mereka, tetapi kita sudah cukup membekalinya, memberikan arahan dan pendidikan, telah menyiapkan mereka dengan baik bagaimana agar mereka selamat dan lancar lewat pada jalannya sekarang. Sampai disitulah tugas kita, amanah dari Tuhan, jangan pernah berfikir minta balasan. Hidup bukan urusan balas membalas, tetapi sambung menyambung, saling memberi jalan, dan mempersiapkan generasi penerus kita, itu tugas yang tidak bisa ditawar dan tidak boleh menuntut imbalan.

Coba saat yang sama juga kita renungkan, apa yang kita lakukan saat orang tua kita juga terbaring seperti kita, mungkin kita sedang rapat, sedang pergi ke daerah, walaupun saudara kita sudah menghubungi kita berkali-kali, kita masih menunda untuk pulang karena ada tugas yang harus kita selesaikan, kita masih sibuk. Kita tidak pernah tahu betapa penderitaan orang tua kita menjelang hari akhirnya, secara fisik yang kita ketahui, dia sakit, tetapi pernahkah kita tahu angan2nya, penderitaan batinnya saat kita tidak ada didekatnya di saat2 dia inginkan. 
Disaat- saat tertentu dia memikirkan kita membayangkan kita saat kecil, dipeluk digendong dan dibanggakan kesemua kawannya. Disaat-saat terakhirnya, dia orangtua kita, mungkin juga kesepian mengharapkan kehadiran kita setiap saat, untuk berbagi rasa dan cerita. Tetapi mereka tidak berdaya, karena kita sibuk dengan keluarga kita sendiri, kita punya jadwal sendiri dalam hidup kita.
Sama seperti kita sekarang semua berputar mengikuti siklusnya sesuai kodrat alam. dan putaran siklus itu tidak pernah berbalik arah, terus maju. Itulah hidup terus berputar mengikuti kodratnya.
Saat ini kita terbaring tidak berdaya, jauh dari mereka yang kita besarkan hampir sepanjang hidup kita. 

Pernahkah kita ingat, dulu mereka juga sering kita tinggalkan sendirian hanya bersama seorang pembantu atau saudara, yang kurang dapat dijamin kecintaannya dibanding kita orang tuanya, dimalam yang sunyi dan sepi, hujan dan halilintar menyambar diatas rumah kita, dan kita orang tuanya mungkin sedang di daerah, sedang seminar, entah sedang dimana. Mereka anak kita meringkuk kedinginan diliputi kecemasan, dan imajinasi kekanakannya merambah menjadi kekhawatiran dan ketakutan, karena kita tidak ada di sampingnya. Mungkin sekarang mereka lupakan itu semua, tetapi itulah siklus hidup manusia. Mengantar generasi berikutnya ke jalurnya sendiri ke jamannya sendiri, mereka tidak bisa balik bergabung ke jalur kita lagi.

Oleh sebab itu, tak layak kita mengharap balasan pada anak kita, kita harus siap ditinggalkan mereka, karena kita sendiri yang mengantarkan mereka ke jalur kehidupannya sekarang. Kita hanya bisa berdoa sekuat-kuatnya, mengharap ridhoNya, agar bekal yang kita benamkan dikantung jiwanya cukup untuk mengarungi jalur kehidupannya, semoga nilai-nilai yang kita kalungkan di pundak sanubarinya, cukup baginya, karena banyak keputusan yang harus dia ambil sendiri, banyak pilihan yang harus dia tetapkan sendiri, tanpa bantuan kita, dan memang kita tidak mungkin lagi membantunya.

Demikian juga kepada orangtua kita, kita perlu mendoakan setulus-tulusnya, agar Yang Kuasa selalu melingkupi dengan berkah dan karuniaNya, di dunia dan alam sana.
Kita, Anak kita dan Orang Tua kita, Berjalan searah di jalur yang berbeda, hanya bisa melambaikan tangan, tanpa bisa saling campurtangan, itulah hidup berkah Sang Pencipta. didikp@cbn.net.id

Thursday, February 5, 2009

Setiap orang punya keinginan atau kesenangan, tetapi disisi lain dia juga punya tugas/pekerjaan/job yang harus diselesaikan segera yang menentukan jalan hidupnya kelak. Tetapi pada umumnya orang lebih suka melakukan keinginan dan kesenangannya dari pada tugas-tugasnya, itulan salah satu sebab kegagalannya.
Ingin maju dan meningkat? jangan jadi Quiter, lari dari tantangan/kenyataan. Hadapilah tantangan dan kenyataan hidup mulai dari yang kecil-kecil. Indikasi bahwa kita Quiter adalah, malas, menunda, menghindar dan berdalih, carialasan lain untuk menghindar

Sering kita ditanya apa cita-cita kita, saat masih kanak-kanak, kita menjawab sekenanya, atau apa yang memang menjadi angan-angan kita. Setelah dewasa hampir 90% cita-cita itu tidak tercapai atau memang kita berubah, atau memang kita tidak mengarahkan diri secara kuat ke cita-cita tersebut. Para motivator selalu menekankan gantungkan cita-cita setinggi langit, kemudian capailah dengan sekuat tenaga. Kenyataannya kita tak henti menyusuri jalan kehidupan ini, entahlah mengarah atau tidak kearah cita-cita atau kita ikuti saja dorongan dari energi kehidupan kemana kita dibawa, sebagian orang membiarkan saja kehidupannya mengalir begitu saja. dan dia nyaman dalam aliran alun yang tenang

Terus apa yang bisa kita lakukan?

YANG BISA DAN HARUS KITA LAKUKAN ADALAH :

Melakukan hal terbaik dari yang kita miliki dan dari yang kita mampu, Do your best, dimanapun kita berada dalam aliran kehidupan ini. Tidak penting juragan atau kuli, tetapi jadilah juragan atau kuli terbaik, segera kita lakukan dengan sekuat tenaga, jangan ditunda dan jangan berfikir panjang.

Kompetensi merupakan

pengetahuan, 

ketrampilan, 
sikap dan nilai-nilai

 yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak


Seorang Ibu renta berjalan bersama anaknya, seorang pemuda gagah perkasa
Si Ibu selalu berjalan di belakang anaknya, beriringan
Saat ditanya kenapa dia selalu berjalan di belakang anaknya itu

“Sejak dulu saya selalu berjalan di belakangnya, supaya saya melihatnya kalau dia jatuh”!

Kasih ibu sepanjang jalan kasih anak sepanjang penggalah
Dia tidak pernah berfikir bahwa kalau dia jatuh anaknya tidak bisa melihatnya
Padahal yang besar kemungkinannya jatuh adalah dia yang renta
Dia tak pernah memikirkan dirinya sendiri, demi anaknya.