Thursday, September 30, 2010

Tuhanpun Tersenyum kepadaku

Suatu siang saya berada di ruang tunggu sebuah bandara, beberapa saat pesawat yang akan saya tumpangi menuju Jakarta dijadwalkan berangkat tanpa penundaan, sepuluh menit sebelum pesawat berangkat, masuklah waktu sholat dhuhur. Saya berniat sholat dulu. Tetapi bisikan lain mengatakan, "wah kamu nanti pasti terlambat, kan bisa dijamak dengan sholat ashar saat sampai di cengkareng atau di rumah". Aku menjawab: "Ya, memang bisa, tetapi siapa yang dapat menjamin bahwa pesawat ini akan mendarat di Jakarta tepat waktu?", bahkan ada bisikan lain samar-samar dari relung yang paling dalam dan agak waswas saya mendengarnya "Siapa yang bisa menjamin pesawat ini akan mendarat dengan selamat!?". Kalau itu terjadi maka punya hutanglah aku kepadaNya, hutang yang kusengaja, karena kelalaian.
Maka aku tetapkan niat untuk sholat dhuhur dulu, karena belum tentu juga terlambat, biasanya persiapan cukup lama, dan berapa sih  lamanya sholat 4 rakaat, sekusyuk-kusyuknya tidak makan waktu lama. Lagi pula antrian cukup panjang di pintu pemeriksaan ticket. Aku cari mushola, kutitipkan tas ke cleaning service boy, ambil air wudhu dan mulailah aku sholat dhuhur, baru saja takbiratul ihram, ada pengumuman dan panggilan agar semua penumpang segera naik pesawat. Maka kutetapkan niatku, terpaksa selain niat sholat juga niat untuk membatalkan penerbangan, dengan resiko harus beli ticket lagi untuk penerbangan berikutnya seharga tujuh ratus ribu, berarti sisa uang perjalananku berkurang tujuh ratus ribu. Bisikan kuat dalam hati mengatakan apalah artinya uang tujuh ratus ribu, toh semua itu rezeki dariNya, kapanpun bisa kita minta, Dia yang Maha Kaya, Tempat meminta, Maha Bijaksana dan juga Maha Mengetahui segala hal. Karena begitu banyaknya bisikan dan lamunan yang berseliweran di kepala, terpaksa saya mengulang lagi takbiratul ihram, niat Sholat dhuhur, "Allahu Akbar", pengumuman dan panggilan terakhir bahkan memanggil-manggil nama saya tetap terdengar, tetapi makin sayup karena saya abaikan. Selesai sholat dengan tenang, kubaca istighfar, sholawat dan berdoa agar diberi keluasan rezeki yang halal, diberi kesehatan dan dijaga selama dalam perjalanan olehNya. Selesai sholat badan terasa segar, jiwa nyaman tanpa beban.
Setelah memberi sedikit shodaqoh kepada cleaning service boy yang menunggu tas dan sepatu saya, saya kembali ke ruang tunggu, dan berniat beli ticket lagi untuk penerbangan berikutnya, tetapi rupanya masih ada petugas maskapai yang saya tumpangi dengan menempel walky-talky di pipinya menghampiri saya dan bertanya "ke Jakarta pak?", "ya mas" jawab saya tenang "Cepat pak sudah di tunggu" Saya berlari kecil menuju pesawat, kebetulan tempat duduk saya agak di belakang dan dekat jendela, dengan tas yang agak merepotkan,  saya mencari-cari nomor tempat duduk saya. Hampir semua penumpang memelototi saya, beberapa nyeletuk "ini yang ditunggu sudah datang, gara-gara dia"dan sebagainya. Bahkan penumpang sebelah saya agak pelit dan kurang ikhlas saat harus mengingsutkan kakinya untuk memberi jalan saya ke arah tempat duduk dekat jendela. Walaupun saat saya tanya pramugari, saya belum terlambat dari jadwal take off, tetapi saya penumpang ter dan paling akhir naik pesawat. Satu menit kemudian pintu pesawat baru ditutup dan masih harus menunggu antri beberapa pesawat yang landing. Setelah duduk, mengenakan sabuk pengaman, mematikan handphone, saya mengucapkan syukur alhamdullillah masih bisa berangkat dan dikaruniai kemampuan untuk naik pesawat ini. Membaca istighfar, sholawat dan berdo'a agar diberi keselamatan dalam perjalanan dan dipersingkat jarak dan waktunya.
Diantara wajah-wajah dongkol dan kesal penumpang yang memelototi saya tadi seakan-akan ada Seraut Wajah yang tersenyum, itulah WajahNya, (seakan-akan lagi), diiringi riuh rendah tepuk tangan jutaan malaikat di langit, tepuk tangan itu makin merendah seiring deru mesin pesawat yang makin meninggi, mengangkasa, menembus awan putih, mega jingga, misteri alam raya, indikasi kebesaranNya.
Tidak terasa pesawat merendah dan landing dengan selamat di Jakarta, setelah mengambil bagasi saya naik taxi menuju rumah. Sampai di rumah, karena sudah masuk waktu ashar saya ambil air wudhu, sholat ashar dengan rasa syukur yang tak terhingga. Setelah sholat aku bersujud dan bersyukur " Duh Gusti, betapa besarnya nikmat dan kemudahan yang Kau berikan dalam hidup ini, tak ada satu nikmatpun yang dapat aku ingkari. Ya Rahman, Ya Rahim, Yang Maha Perkasa, Maha Memelihara, Maha Mengamankan, Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui segala hal yang tersembunyi di dalam hati, jiwa dan fikiran manusia.

No comments:

Post a Comment