Sunday, January 10, 2010

TOPENG KEHIDUPAN

Di salah satu sudut taman pinggiran kota. Hari minggu pagi tanpa cahaya matahari, meskipun tak sampai ada titik air hujan. Mendung hangat temaram. Dengan segelas kopi kampung hitam pekat dan sebatang lintingan, saya dapat mengamati hiruk pikuk di depan saya, dengan bebas dan cermat. Tanpa orang lain bisa mengacuhkan saya. Bagaikan menonton film superlayar lebar, seluas pandangan saya. Saya menontonnya bukan sekedar dengan mata, tetapi juga dengan pandangan hati dan fikiran saya.
Segala perilaku dan karakter manusia ciptaan Tuhan ini nampak jelas. Paduan simphoni watak perilaku yang saling berinteraksi satu sama lain. Itulah gelaran okestra kehidupan, cerita panjang tak berjudul namun berlaksa tema.
Di sana ada cerita romantika, persaudaraan dan persahabatan, disusul tema kekerasan, iri, dengki, persaingan saling menjatuhkan, berbaur dengan kenekatan dan ketidak pedulian. Diam-diam memanipulasi dengan jutaan kebohongan. Di saat yang sama, melintas juga keimanan, ketaqwaan,ajakan berbuat kebajikan serta hal-hal lain yang bernada religiusitas. Manusia kadang bersahabat, kadang bersaing, saling mendukung, saling menjatuhkan, beradu kepentingan. Dalam kehidupan nyata manusia memerankan karakternya masing-masing, karakter yang ditetapkan nuraninya sendiri, tidak selalu mengikuti alur Sutradara, seru sekalian alam. Dalam perannya setiap individu selalu memakai topeng, berganti-ganti topeng, tak pernah kita tahu jatidiri murninya. Topeng yang satu untuk menghadapi topeng yang lainnya. Topeng bisa diganti dalam sekejap, tergantung keperluan. Setiap individu adalah kumpulan topeng. Dimana jatidiri murni? Ada di sanubari, tertutup rapat ribuan topeng, lama kelamaan samar dan lenyap berlumur kerak topeng kehidupannya sendiri. Topeng Kehidupan.

No comments:

Post a Comment