Sunday, January 15, 2012

If Tomorrow Never Come

Judul di atas adalah judul lagu yang dilantunkan oleh Ronan Keating, indah sekali si Ronan menggambarkan kasih sayangnya, mungkin kepada isterinya, atau anak perempuannya. If tomorrow never comes, jika esok tak pernah datang lagi.
Lirik lagu secara lengkap dapat anda temukan pada lampiran tulisan ini, sedangkan suara merdu si Ronan dapat anda dengar di kaset atau CD di toko kaset. Tetapi interpretasi bebas dari lagu tersebut kira-kira sbb:
Kadang saat tengah malam telah menggelincir, aku terbangun dan menatapnya saat dia lelap dalam mimpi indahnya, kumatikan lampu dan aku terbaring berangan dalam kegelapan. Berbagai fikiran melintas, seandainya besok aku tak pernah terbangun lagi, pernahkah dia tahu bagaimana perasaanku kepadanya. Jika hari esok tak pernah kulihat lagi, tahukah dia betapa besar cintaku kepadanya, yang tak pernah kuungkapkan. Jika esok tak pernah kulihat lagi, tahukah dia bahwa dia satu-satunya milikku yang berharga. Jika hari ini hari terakhir bagiku, mampukah dia menghadapi dunia sendiri, hanya berbekal kasih sayangku....., secara ringkasJudul di atas adalah judul lagu yang dilantunkan oleh Ronan Keating, indah sekali si Ronan menggambarkan kasih sayangnya, mungkin kepada isterinya, atau anak perempuannya. If tomorrow never comes, jika esok tak pernah datang lagi. demikian kira-kira makna lagu di atas.

If tomorrow never comes, punya satu arti yaitu, Jika hari esok tak ada lagi, atau hari ini adalah hari terakhir. Tetapi kalimat tersebut mempunyai dua makna, pertama hari ini hari terakhir dalam hidup kita, dan yang kedua bisa bermakna hari ini adalah hari terakhir dimana kita bisa berbuat sesuatu hal terbaik yang kita miliki “the best we have”menurut kemampuan kita, dan memberikan kepada orang lain yang memerlukan.
Pernahkan kita berfikir, bahwa hari terakhir, atau esok tak pernah kita lihat lagi adalah sesuatu yang pasti akan datang entah kapan tetapi pasti sekali, pasti akan kita alami. Pernahkah kita berangan, bagaimana orang-orang di sekitar kita yang kita cintai, tahukah mereka perasaan kita kepada mereka yang tak pernah kita ungkapkan selama ini, jika tomorrow never comes again pada kita , mampukah mereka face the world without me. Saat kita berfikir seperti itu tentu kita ingin mempersiapkan segala sesuatunya agar mereka dapat menghadapi dunia tanpa kita. Artinya pada hakekatnya hampir semua hidup kita, kita arahkan untuk berbuat sesuatu untuk orang lain. Bukan sekedar untuk memenuhi dan memanjakan diri sendiri. Seperti ungkapan anak muda “enjoy aja”. Orang lain itu bisa keluarga kita , sahabat kita maupun orang lain yang memerlukan ilmu, pengalaman dan potensi kita. Sebagai orang yang mempunyai ilmu, pengalaman, wawasan di bidang pendidikan, orang lain yang paling sesuai, selain keluarga kita adalah guru.
Guru dalam arti luas bisa kepala sekolah, pengawas, aparat dinas pendidikan dan orang –orang yang memerlukan ilmu, pengalaman dan kebijakan dan kebajikan kita di bidang penddidikan. Oleh sebab itu tampaknya tidak berlebihan jika setiap hari kita mesti punya rencana, menggali apa yang kita miliki, meramu potensi apa yang ada pada diri kita, kemudian menyajikan menu tersebut, sehingga bermanfaat bagi orang lain, dalam bentuk tulisan, buku, bahan pelatihan atau perbuatan nyata seperti saran saat kita berkunjung ke sekolah, bantuan teknis dan sebagainya. Hanya itu yang layak kita lakukan. Sehingga saat tomorrow never comes again, kita sudah selesai mengalihkan, mewariskan dengan ikhlas semua yang dianugerahkan Tuhan, kepada kita yang berupa kecerdasan, ilmu, , umur, kesempatan (pengalaman) yang mengkristal dalam kebajikan dan kebijakan kita. Karena itulah kewajiban hakiki kita sebagai manusia, memberi jalan dan jembatan pada generasi berikutnya. Kalau itu tidak kita lakukan ada amanah dan kewajiban yang belum selesai. Ada sesuatu pada diri kita anugerah Tuhan, tetapi tidak kita sampaikan kepada yang berhak, dan pada saat tomorrow never comes, semua itu tidak bermanfaat lagi bagi kita. Itulah yang disebut hidup sia-sia.
Mungkin tomorrow never comes belum bermakna sebagai akhir hayat kita. Tetapi sekedar akhir masa kepegawaian kita (pensiun). Saat kita masih menjadi staf direktorat ini, kita bisa melatih ke sana kemari, berkunjung ke berbagai provinsi, memberi saran masukan berbagai hal, turut menyusun pedoman ini dan itu, seminar dan workshop di puncak dan di pantai. Tetapi saat kita pensiun, betapapun bagus ide dan gagasan kita, akan sulit tersalurkan atau terwujudkan, betapapun kita berteriak bagaimana seharusnya pendidikan ini di jalankan, sulit mendapat tempat sebagai bagian dari kebijakan. Padahal ide dan gagasan di bidang pendidikan itulah yang kita miliki. Status kita secara resmi sebagai pegawai di bidang pendidikan adalah sarana strategis untuk menyalurkan dan menghantarkan amanah yang berupa berkah Tuhan tersebut kepada orang lain.
Kalau semua kegiatan kita sekedar untuk mencari nafkah saja, ya nafkah itu sajalah yang kita dapatkan, kita belum secara ikhlas dan serius menyampaikan titipan Tuhan. Apalagi jika nafkah tersebut kita paksakan untuk menjadi milik kita, akan berdampak buruk pada kehidupan dan keluarga kita.
Percayalah,... ada suatu hari, dimana hari itu adalah hari terakhir kita, selanjutnya kita tidak bisa berbuat banyak. Lihat dan rasakan, setiap kita membuka mata di pagi hari, hari terakhir itu makin mendekati kita. Seperti libur panjang yang akhirnya berakhir juga. Tamasya kita di dunia nan indah permai ini ada batas waktunya.
Kita tidak tahu siapa yang duluan, tetapi banyak diantara kawan dan karib kita, telah mengalaminya. Karena Dinas Luar ke provinsi dunia ini, ada batas waktunya dalam SPPD kita masing-masing, Ticket sudah dipesan two way traffic, ticket pulang pergi yang tidak mungkin di cancel. Bahkan, saat SK pensiun belum keluar, sudah dipanggil pulang sebelum tugas selesai. Hanya karena ticket pulang sudah siap. Sayangnya kita tidak bisa negosiasi atau berdebat dengan panitia atau agen travel itu. Tambah uang agar diperpanjang? Seperti yang sering kita lakukan, Woo... itu tidak lazim, dan belum pernah ada. Apapun yang kita kumpul-kumpulkan selama tugas di provinsi ini, orang-orang yang kita cintai, harus ditinggalkan, tidak boleh dibawa serta, karena ruang bagasi dan cabin tidak ada, dan ticket terlanjur dipesan hanya untuk satu orang saja. Yaahh...., tidak usah gusar, karena tabungan kita di kantor abadi telah dicatat dengan cermat oleh panitia dan Kekasih Abadi kita telah menunggu dengan senyum mesranya, kita hanya perlu sedikit bersiap-siap, walaupun kita tidak mungkin ditinggal pesawat.
Selamat bekerja dan belajar, sambil kita salurkan ilmu anugerah Tuhan ke pihak lain secara ikhlas dan berkelanjutan, sehingga saat Tomorrow never comes again pada kita, tuntas sudah tugas kita. Seperti seorang petani yang memandang dari pinggir ladang, kebun sayurnya yang hijau subur dan rimbun, sebagai hasil kerja kerasnya selama ini, siap dipanen oleh anak cucunya
Saat itu kapanpun, kita siap melangkah pulang dari tempat tugas provinsi dunia, kembali ke kantor kita, terlalu lama sih kita tugasnya sehingga seakan-akan kita merasa menetap di provinsi dunia ini. Kita berharap Tuhan dengan ikhlas juga akan memberijalanNya kepada kita. Saat itu kita bisa melangkah sambil tersenyum syukur, melambaikan tangan kepada dunia yang fana ini dan beruntung dapat menyelesaikan tugas duniawi dengan sempurna. Gajah mati tinggalkan gading, kita mati tinggalkan kebajikan, semoga. Jangan lupa sertakan doa, sembari ikhlas dan bersyukur, pada setiap kegiatan yang kita lakukan. (didikp@cbn.net.id)

Sunday, October 17, 2010

MUDA FOYA-FOYA,TUA KAYA RAYA, MATI MASUK SURGA

Secara umum Tuhan memberikan jauh lebih bayak kenikmatan daripada ketidaknikmatan kepada umat manusia. Sebagian besar kesengsaraan manusia di rekayasa oleh manusia itu sendiri. manusia melakukan sesuatu yang menurut firasatnya dapat mendatangkan kenikmatan hidup, tetapi karena metode dan strategi yang dilaksanakan bertentangan dengan hukum alam maka jadilah berbagai penderitaan dan ketidaknyamanan.
Tampaknya alam menyediakan dua rasa, di alam semesta ini, yaitu rasa nikmat dan rasa derita. Setiap nikmat didampingi derita. Seperti buah selalu didampingi kulit dan getahnya.
Setiap kenikmatan yang kita dapat seakan-akan harus dibayar dengan derita, demikian juga sebaliknya setiap derita mendatangkan kenikmatan. Jika kenikmatan itu kita tentukan sendiri, kita ambil di awal, maka derita akan datang di akhir dan ditentukan oleh alam, yang tidak bisa kita kontrol, terserah alam dan tidak bisa kita duga, bentuk, rasa, waktu dan tempatnya.
Tetapi kalau derita kita ambil dulu kita pilih dan kita tentukan derita mana yang ingin kita lakukan, maka nikmat akan datang kemudian dan tidak bisa kita kontrol juga, terserah alam. Namanya kenikmatan apapun yang ditentukan alam tetaplah nikmat, biasanya jauh lebih besar dari yang kita duga. Sekarang mau pilih mana dulu derita dulu kita tentukan, kemudian alam membayar dengan kenikmatan yang melimpah, atau kenikmatan semu dulu yang kita ambil derita kemudian dan tidak bisa kita kontrol?, mungkin melimpah juga derita yang tidak kita duga itu.
Contoh kenikmatan semu yang bisa kita ambil dulu, makan jerohan sebanyak-banyaknya, merokok sepuasnya, minuman keras, bermalasan dan kenikmatan lain. Maka alam akan memberikan Strook, sakit jantung, ginjal, dibabet dsb.
Contoh penderitaan yang kita ambil dulu, puasa, makan secukupnya, sedekah dari sebagian rezeki, bekerja keras berikhtiyar membantu sesama dengan ikhlas. Maka kenikmatan yang akan diberikan alam, sehat, dapat penghasilan, banyak kawan dan sebagainya.
Contoh penderitaan yang bisa kita pilih dan kita tentukan untuk kita lakukan misalnya, sholat tepat waktu, bangun malam, ikhlas sedekah, puasa, ikhlas membantu sesama tanpa pamrih, bersabar dan menahan amarah, serta mengerjakan amalan ,lain yang diperintahkan dan dilarang agama. Kita tidak tahu lagi seberapa besar nikmat yang akan muncul kemudian yang akan disediakan alam, Tuhan yang menentukan. Sekarang terserah anda pilih yang ,mana, coba kita renungkan sejenak.
Kalau yang tadinya kita anggap derita seperti di atas dan enggan kita lakukan, setelah kita paksakan dan kita biasakan, serta kita hayati  secara khusuk maka akan jadi kenikmatan juga, semua yang kita biasakan, baik hal-hal yang positif maupun keburukan akan membuat mencandu dan nikmat kita ingin mengulang-dan mengulang lagi.
Ada pepatah: Muda foya-foya, Tua kaya raya, Mati masuk surga, mungkinkah itu terjadi kawan? SANGAT MUNGKIN  jika, saat Muda foya-foya dengan do'a dan dzikir, puasa, mencurahkan tenaga dan pikiran untuk kepentingan umat bersama, siang malam foya-foya dengan sholat wajib dan sunnah, bergelimang keikhlasan, kesabaran. Tua kaya raya dengan berbagai hikmah, kaya raya kawan yang sholeh, keluarga sakinah, mungkin kaya harta, dan kaya hati juga, hidup bergelimang berkah, dan Mati masuk kemana lagi kalau bukan surga Amien

Thursday, September 30, 2010

Tuhanpun Tersenyum kepadaku

Suatu siang saya berada di ruang tunggu sebuah bandara, beberapa saat pesawat yang akan saya tumpangi menuju Jakarta dijadwalkan berangkat tanpa penundaan, sepuluh menit sebelum pesawat berangkat, masuklah waktu sholat dhuhur. Saya berniat sholat dulu. Tetapi bisikan lain mengatakan, "wah kamu nanti pasti terlambat, kan bisa dijamak dengan sholat ashar saat sampai di cengkareng atau di rumah". Aku menjawab: "Ya, memang bisa, tetapi siapa yang dapat menjamin bahwa pesawat ini akan mendarat di Jakarta tepat waktu?", bahkan ada bisikan lain samar-samar dari relung yang paling dalam dan agak waswas saya mendengarnya "Siapa yang bisa menjamin pesawat ini akan mendarat dengan selamat!?". Kalau itu terjadi maka punya hutanglah aku kepadaNya, hutang yang kusengaja, karena kelalaian.
Maka aku tetapkan niat untuk sholat dhuhur dulu, karena belum tentu juga terlambat, biasanya persiapan cukup lama, dan berapa sih  lamanya sholat 4 rakaat, sekusyuk-kusyuknya tidak makan waktu lama. Lagi pula antrian cukup panjang di pintu pemeriksaan ticket. Aku cari mushola, kutitipkan tas ke cleaning service boy, ambil air wudhu dan mulailah aku sholat dhuhur, baru saja takbiratul ihram, ada pengumuman dan panggilan agar semua penumpang segera naik pesawat. Maka kutetapkan niatku, terpaksa selain niat sholat juga niat untuk membatalkan penerbangan, dengan resiko harus beli ticket lagi untuk penerbangan berikutnya seharga tujuh ratus ribu, berarti sisa uang perjalananku berkurang tujuh ratus ribu. Bisikan kuat dalam hati mengatakan apalah artinya uang tujuh ratus ribu, toh semua itu rezeki dariNya, kapanpun bisa kita minta, Dia yang Maha Kaya, Tempat meminta, Maha Bijaksana dan juga Maha Mengetahui segala hal. Karena begitu banyaknya bisikan dan lamunan yang berseliweran di kepala, terpaksa saya mengulang lagi takbiratul ihram, niat Sholat dhuhur, "Allahu Akbar", pengumuman dan panggilan terakhir bahkan memanggil-manggil nama saya tetap terdengar, tetapi makin sayup karena saya abaikan. Selesai sholat dengan tenang, kubaca istighfar, sholawat dan berdoa agar diberi keluasan rezeki yang halal, diberi kesehatan dan dijaga selama dalam perjalanan olehNya. Selesai sholat badan terasa segar, jiwa nyaman tanpa beban.
Setelah memberi sedikit shodaqoh kepada cleaning service boy yang menunggu tas dan sepatu saya, saya kembali ke ruang tunggu, dan berniat beli ticket lagi untuk penerbangan berikutnya, tetapi rupanya masih ada petugas maskapai yang saya tumpangi dengan menempel walky-talky di pipinya menghampiri saya dan bertanya "ke Jakarta pak?", "ya mas" jawab saya tenang "Cepat pak sudah di tunggu" Saya berlari kecil menuju pesawat, kebetulan tempat duduk saya agak di belakang dan dekat jendela, dengan tas yang agak merepotkan,  saya mencari-cari nomor tempat duduk saya. Hampir semua penumpang memelototi saya, beberapa nyeletuk "ini yang ditunggu sudah datang, gara-gara dia"dan sebagainya. Bahkan penumpang sebelah saya agak pelit dan kurang ikhlas saat harus mengingsutkan kakinya untuk memberi jalan saya ke arah tempat duduk dekat jendela. Walaupun saat saya tanya pramugari, saya belum terlambat dari jadwal take off, tetapi saya penumpang ter dan paling akhir naik pesawat. Satu menit kemudian pintu pesawat baru ditutup dan masih harus menunggu antri beberapa pesawat yang landing. Setelah duduk, mengenakan sabuk pengaman, mematikan handphone, saya mengucapkan syukur alhamdullillah masih bisa berangkat dan dikaruniai kemampuan untuk naik pesawat ini. Membaca istighfar, sholawat dan berdo'a agar diberi keselamatan dalam perjalanan dan dipersingkat jarak dan waktunya.
Diantara wajah-wajah dongkol dan kesal penumpang yang memelototi saya tadi seakan-akan ada Seraut Wajah yang tersenyum, itulah WajahNya, (seakan-akan lagi), diiringi riuh rendah tepuk tangan jutaan malaikat di langit, tepuk tangan itu makin merendah seiring deru mesin pesawat yang makin meninggi, mengangkasa, menembus awan putih, mega jingga, misteri alam raya, indikasi kebesaranNya.
Tidak terasa pesawat merendah dan landing dengan selamat di Jakarta, setelah mengambil bagasi saya naik taxi menuju rumah. Sampai di rumah, karena sudah masuk waktu ashar saya ambil air wudhu, sholat ashar dengan rasa syukur yang tak terhingga. Setelah sholat aku bersujud dan bersyukur " Duh Gusti, betapa besarnya nikmat dan kemudahan yang Kau berikan dalam hidup ini, tak ada satu nikmatpun yang dapat aku ingkari. Ya Rahman, Ya Rahim, Yang Maha Perkasa, Maha Memelihara, Maha Mengamankan, Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui segala hal yang tersembunyi di dalam hati, jiwa dan fikiran manusia.

Friday, August 27, 2010

Matang

Apa yang diperlukan manusia dewasa yang sudah matang?

Tahu darimana asal usulnya dan tahu kemana akan kembali
Tahu menghargai diri sendiri dengan menghargai orang lain
Bertindak atas dasar pola pikir tertentu yang menggambarkan
kebijakan dan kebajikannya

Tahu, Tidak Tahu, mau tahu

Makin banyak yang kita tahu. Kita makin tahu, bahwa kita tidak tahu banyak.
Jika kita tidak tahu menahu bahwa kita belum tahu banyak kita akan sok tahu.
Jika kita tidak banyak tahu, kita tidak mau tahu.
Jika kita tahu perlu banyak tahu, tahu-tahu kita banyak tahu
dan terus menerus mau tahu

Sunday, July 4, 2010

Ticket dariNya

Sering kita harus bangun pagi-pagi buta, kita pasang alarm pukul 02.30 pagi, hanya untuk pergi ke Bandara, karena kita sudah punya ticket pesawat yang berangkat pukul 05.00 yang harganya hanya beberapa ratus ribu rupiah, dan tugas itu hanya tugas dari sesama manusia, kita bisa berargumen bahwa itulah bentuk tanggungjawab kita sebagai staf atau karyawan suatu kantor atau perusahaan.

Bahkan kita tetap bersemangat bangun pagi takut sekali terlambat walaupun kita tidur larut malam, sehingga kita hanya sempat tidur beberapa jam atau beberapa menit. Baiklah memang itu juga penting, itu bentuk dari tanggungjawab kita kepada tugas. Tetapi apa kita juga bersikap sama saat kita memegang tiket dari Tuhan, dan kita harus bangun Pukul 04.30 pagi untuk sholat subuh. Tidak perlu pergi ke bandara jauh, atau tidak perlu persiapan khusus, itupun hanya perlu konsentrasi dan khusyuk beberapa menit saja, 2 rakaat saja. Padahal Sang Pemberi tugas telah memberi kita panjar, kesehatan, rezeki halal yang terus menerus, kelancaran kita bekerja dan setumpuk nikmat lain, yang telah terbiasa kita nikmati. Karena telah terbiasa sampai-sampai kita tidak menyadari apalagi mensyukuri.

Bangun pagi dalam keadaan sehat, pernahkah kita syukuri, pergi ke tempat kerja tanpa hambatan, kalau ada hambatan kita mengumpat dan kita ceritakan kesana kemari, pernahkah kita syukuri. Samakah persiapan kita untuk bangun pagi sholat subuh, dengan persiapan kita saat mau pergi ke bandara?. Kalau tidak kita telah bersikap tidak adil kepada Ya Rahman- Ya Rahim, yang telah memberi tiket kita, dengan nilai yang melimpah ruah sepanjang hari, sepanjang umur kita, semoga kita bukan tergolong orang-orang yang bersikap tidak adil kepadaNya, Amien

Thursday, January 14, 2010

BERSYUKUR

Sekali-kali cobalah turun dari gedung tinggi tempat anda bekerja. Keluarlah dari bangunan-bangunan kokoh rumah dan tempat kerja sehari-hari. Tinggalkan komputer atau laptop anda sejenak. Cermati kehidupan di bawah sana, di luar komunitas anda. Komunitas pegawai dan orang gajian, komunitas eksekutif dan birokrasi , komunitas orang kantoran, karyawan apapun namanya yang mempunyai gaji tetap berapapun besarnya. Komunitas orang-orang yang selalu ingin penghasilan tetapnya itu terus bertambah, tak peduli bagaimanapun caranya dan dari mana asalnya. 
Coba cermati sekitar anda, cermati lebih mendalam, perlambat intensitas dinamika kehidupan anda sejenak. Apa yang anda lihat, pandang, sapu sejauh dan seluas pandangan anda, masukkan dalam alam fikiran tanpa berhenti memandangnya. Anda akan melihat tukang parkir bertubuh cacat berteriak memandu mobil parkir,tukang kerupuk buta yang menjajakan barangnya dengan tongkat meraba sudut pasar dan trotoar, kuli angkut yang memanggul beban berat tak seimbang dengan kondisi fisik dan kebugaran tubuhnya, tukang bajay yang termenung berjam-jam menunggu colekan penumpang, pemulung dengan gerobak yang diikuti anaknya dengan karung di pundaknya, seorang pemuda mengepit stofmap di halte bis, penjaja es campur berteduh di pinggir gedung di tengah hujan, mengapung angan harapan, dengan stoples dagangannya yang masih penuh. Tukang ngamen tak tanggung-tanggung dengan gerobak speaker dan alat musiknya yang besar dan berat, hanya untuk mengumpulkan koin anda. 
Berapa banyak manusia yang membanting tulang, bukan untuk sesuap nasi dan selembar pakaian yang menempel di tubuhnya, tak sejauh itu harapannya. Mereka sekedar ingin tetap melihat matahari esok pagi, agar hari ini bukan hari terakhir baginya, agar agak lama dapat memandang anaknya tumbuh kembang. Masih banyak lagi mereka yang merana, meratap ditengah terik dihempas debu jalan, menggigil diguyur hujan merapat dipinggir trotoar tanpa harapan hari esok dan kehilangan peluang hari ini. Maukah anda bergelantungan di atas gedung lantai 20 untuk membersihkan kaca, dan dibayar lima puluh ribu rupiah sehari. Dengan resiko jatuh meregang nyawa, dan itu sudah banyak terjadi, dan berita itu jadi tontonan sore hari kita di TV. Apakah mereka tak punya pilihan, bukan tak punya pilihan, itulah pilihan terbaiknya, mereka sungguh bersyukur,karena beberapa puluh orang kerabat dan taulannya masih nganggur. Terus kenapa? Itu sudah nasibnya!. Terserahlah anda mau bilang apa, dan apakah anda mengira saya akan menghimbau untuk membantu mereka, mengulurkan tangan dan ,memberi sedekah?, Tidak, sama sekali bukan, karena kalau toh itu yang anda lakukan tidak banyak pengaruhnya terhadap mereka, dampak yang pasti kalau itu anda lakukan dengan ikhlas, anda jugalah yang dapat pahala, anda lagi yang diuntungkan. Mungkin anda akan menyela,” lalu apa, apa maumu he!”.  
Sekarang kembalilah ke kantor tempat anda bekerja, duduklah dengan tenang. Fikirkan apa yang sudah kita lakukan untuk orang banyak, sudahkah kita bekerja dengan sungguh-sungguh karena kita dibayar secara tetap dan lebih layak dibanding yang di luar tadi. Kalau sudah, benarkah niat kita untuk kemaslahatan umat atau untuk diri kita sendiri tak peduli dengan orang lain. Hal utama yang harus kita lakukan adalah bersyukur habis-habisan, karena ada suasana yang kontras antara kondisi di luar dan di dalam. Di luar panas dan hujan,debu, kotor, tanpa harapan, di dalam AC dan nyaman, bersih, penuh harapan dan cita-cita masa depan. Kita sudah pada kondisi “didalam” tadi tidak ada alasan untuk tidak bersyukur. Dengan bersyukur semoga Tuhan makin menambah nikmatNya, dan kita makin banyak bisa membantu dan bermanfaat bagi saudara-saudara kita di luar sana, Amien. 


Sunday, January 10, 2010

TOPENG KEHIDUPAN

Di salah satu sudut taman pinggiran kota. Hari minggu pagi tanpa cahaya matahari, meskipun tak sampai ada titik air hujan. Mendung hangat temaram. Dengan segelas kopi kampung hitam pekat dan sebatang lintingan, saya dapat mengamati hiruk pikuk di depan saya, dengan bebas dan cermat. Tanpa orang lain bisa mengacuhkan saya. Bagaikan menonton film superlayar lebar, seluas pandangan saya. Saya menontonnya bukan sekedar dengan mata, tetapi juga dengan pandangan hati dan fikiran saya.
Segala perilaku dan karakter manusia ciptaan Tuhan ini nampak jelas. Paduan simphoni watak perilaku yang saling berinteraksi satu sama lain. Itulah gelaran okestra kehidupan, cerita panjang tak berjudul namun berlaksa tema.
Di sana ada cerita romantika, persaudaraan dan persahabatan, disusul tema kekerasan, iri, dengki, persaingan saling menjatuhkan, berbaur dengan kenekatan dan ketidak pedulian. Diam-diam memanipulasi dengan jutaan kebohongan. Di saat yang sama, melintas juga keimanan, ketaqwaan,ajakan berbuat kebajikan serta hal-hal lain yang bernada religiusitas. Manusia kadang bersahabat, kadang bersaing, saling mendukung, saling menjatuhkan, beradu kepentingan. Dalam kehidupan nyata manusia memerankan karakternya masing-masing, karakter yang ditetapkan nuraninya sendiri, tidak selalu mengikuti alur Sutradara, seru sekalian alam. Dalam perannya setiap individu selalu memakai topeng, berganti-ganti topeng, tak pernah kita tahu jatidiri murninya. Topeng yang satu untuk menghadapi topeng yang lainnya. Topeng bisa diganti dalam sekejap, tergantung keperluan. Setiap individu adalah kumpulan topeng. Dimana jatidiri murni? Ada di sanubari, tertutup rapat ribuan topeng, lama kelamaan samar dan lenyap berlumur kerak topeng kehidupannya sendiri. Topeng Kehidupan.

Thursday, January 7, 2010

TELEPON GENGGAM


Hampir semua orang punya telepon genggam atau HP, setiap kita beli HP baru, pasti ada manualnya, meskipun jarang kita baca. Sayangnya di dalam manual tersebut tidak pernah dicantumkan sopan santun ber HP, memang saya kira itu tidak perlu, karena sangat bergantung pada praksis dan nilai-nilai kehidupan setempat. Namun ada hal yang mengganggu saya jika ada orang menelpon di tempat umum dengan suara keras, dengan bahasa yang orang lain nggak ngerti (bahasa daerah misalnya) atau dengan bahasa yang dimengerti tetapi masalah yang sangat pribadi, dan tidak perlu orang lain mendengar. Kadang, kita dengan tidak sengaja mendengar celotehan orang yang sedang menelpon dengan keras di tempat umum. Kita jadi tahu siapa dia, apa latar pendidikannya, bidang pekerjaannya, status sosialnya, latar belakang budayanya dan tentu saja strata sosial, moral dan spiritualnya. Kadang ada yang sengaja memamerkan statusnya itu dengan suara kerasnya, tetapi tidak jarang membuka ketidakberadabannya juga, apapun itu membuat orang sekitarnya terganggu sama terganggunya jika kita tanpa sengaja menghirup asap rokok orang lain di dekat kita. Bukan itu saja, nada dering yang aneh-aneh, tak sedikit yang menyakitkan telinga, atau bikin perut kita mules karena bermaksud lucu tapi menyebalkan bagi orang lain, ada juga yang menggunakan latar belakang agama, untuk menunjukkan bahwa beliau orang taat kusyuk beragama, semua itu sering dipraktekkan dan dipamerkan di tempat umum. Kami yakin siapapun yang membaca tulisan ini tidak termasuk orang-orang yang dimaksud tadi.


TAHUN BARU 2010



Awal dan akhir tahun merupakan saat yang strategis untuk dijadikan titik tumpu, garis finish yang berhimpitan dengan garis start dengan sisi yang berbeda. Moment penting untuk evaluasi diri serta menyusun rencana besar atau kecil untuk dilaksanakan di tahun yang sedang berjalan. Diantara rencana-rencana tersebut sebagai hasil evaluasi, introspeksi dan refeleksi/perenungan tersebut tentulah ada hal-hal kurang bagus yang secara jelas kita sadari dan ada hal-hal bagus yang secara jelas pula kita yakini.
 Hal-hal yang kurang bagus yang terpaksa kita lakukan tahun lalu harus kita tinggalkan, kita niati dengan kuat untuk menghapus dan tidak mengulang lagi.
Sedangkan hal-hal yang kita anggap bagus, positif yang selama ini hanya kita pikirkan, kita rencanakan, kita diskusikan dan hanya menjadi wacana saja, kita niati dengan kuat untuk dapat kita wujudkan
 Bagaimana agar semua itu dapat terwujud, kita perlu mulai merumuskan, tindakan pertama, tindakan apa yang harus kita laksanakan dengan segera “immediate action” dan kapan itu. Setiap titik keberhasilan yang merupakan wujud konkret dari angan-angan kita akan memberikan kepuasan bathin dan kebahagiaan kecil temporer, dan konon itu dapat merangsang enzim-enzim dalam tubuh kita yang menghambat pertumbuhan segala macam penyakit dan menghambat proses degeneratif(penuaan). 
Jangan lupa setiap tahun baru, usia kita memang bertambah, tetapi jatah umur kita minus satu, artinya makin dekat kita pada suatu hari dimana esok hari tak pernah kita lihat lagi ”if tomorrow never come” lagunya si Ronan keating. Oleh sebab itu marilah kita isi hidup ini dengan sesuatu yang membahagiakan dan memuaskan diri, tidak perlu susah-susah cari masalah, dengan motif kenikmatan semu, syukur-syukur tindakan kita itu bisa bermanfaat bagi orang lain, tentu saja tetap di jalan Alloh swt. Soal umur tadi jangan terlalu dirisaukan, akhirnya nanti kita akan sampai pada suatu titik pemahaman dan persepsi bahwa hidup dimana saja nggak masalah, sepanjang kita jalani dengan tertib dan ikhlas mengikuti alur Tuhan penguasa semesta alam, mengalir selaras dengan sunnatullah. Hidup didunia maupun di alam lain enjoy saja. Hidup di dunia memang terbatas, tetapi di alam lain tak terbatas setidaknya kita belum tahu batasnya, kita nikmati saja simphoni kehidupan yang diaransir Illahi Rabbi.
Ngomong-ngomong, mudah-mudahan saya tidak sekedar menulis ini itu saja, tetapi dapat melaksanakan apa yang saya tulis dan saya omongkan, siapa tahu orang lain mengikuti omongan saya itu dan bisa menyelamatkan saya di kemudian hari, Amin
Mari kita mulai tahun ini dengan semangat, spirit mengabdi dan mencintai Tuhan semesta alam ini, karena hanya Dialah gantungan jiwa kita tiada yang lain.

Monday, December 14, 2009

Asuransi Jiwa

Tadi pagi, ada seorang agen menawari asuransi jiwa, ada beberapa pertanyaan yang harus di jawab di formulir yang disodorkan, selain nama dan ahli waris juga umur, penyakit yang pernah diderita. Kalau umur sudah tua, sering sakit pasti sulit disetujui aplikasi itu. Setelah mohon maaf dan terimakasih telah datang dan basa basi lainnya. Setelah agen asuransi itu pergi, Saya berfikir, sebenarnya saya telah mengasuransikan jiwaku kepadaNya, sayangnya saya kurang rajin membayar preminya, yaitu antara lain, sholat tepat waktu, tidak membicarakan keburukan orang lain, menghindari laranganNya dan melakukan perintahNya secara standar saja. Apakah kelak saya juga bisa mengklaim asuransi jiwa saya itu??, Duh Gusti.. sulitnya membayar premi asuransi jiwaMu

Tuesday, October 6, 2009

Payaman 30 September 2009

Terbang Menyusur Bulan

Dibalik bukit, jauh ramai
Lelaki kurus tercenung lunglai
Pohon pisang layu
Menyangga tubuh kering pilu
Di samping bekas rumah kayu
Di Lembah Gunung Tigo

Gerimis malam mulai menitik lagi
Menyambung hujan deras siang tadi
Rembulan hampir purnama memang
Tapi cahyanya pucat remang
Disalut mendung tipis
Bulan sendu hampir menangis

Seonggok tanya tak berjawab
Kemana padusi dan isterinya lenyap?
Tadi siang pergi ke pasar
Tak kembali di ujung senja
Tak mungkin nyasar
Tapi, bumi berguncang keras bakda ashar
Menyisa puing retak poranda
Pohon tumbang berguncang
Bukit longsor benam nagari
dan Ladang binasa ternak berlari

Getar keras menjelang adzan maghrib
Tigapuluh september Payaman hampir raib

Jarum gerimis semakin rapat
Menetes disela gurat
Wajah lelaki pucat
Merembes linang air mata
Air mata mengucur deras
Namun wajah kekarnya tak pernah meratap
Air mata itu yang mengalir kalap
Dari kelopak tampannya dimasa muda
Dihimpit, didesak gejolak dada
Dada sesak penuh tanya tak berjawab
Kemana si upik dan isterinya pergi

Malam semakin kelam, sunyi
Jengkerikpun menahan nyanyi
Hembusan angin menyapu gemulai
Lelaki kurus tertidur lunglai
Mimpi membuai....
Anak dan isterinya melambai
Terbang menyusur bulan
Lelaki kurus melambai topi pandan

“Menyusur Bulan...?”, dia bertanya
“Ya menyusur bulan... basamo Mande”, jawab anaknya
Wajah si upik dan senyum genit isterinya
Terbang melayang, dalam damai.......
Tanpa air mata berlinang.......
Meski raga terhempas, terkurung balok melintang
Semua yang diciptaNya, akan kembali kepadaNya
Inna lillahi wa ina ilaihi rojiuun...

Kala esok hari,
Kala mentari intip nagari
Kala mimpi telah usai
Lelaki kurus mengais kolong
Reruntuhan rumah kayu yang terdorong,
Terpotong-potong...
Mungkin ada sisa terbilang
Lauk isterinya kemarin siang

Lelaki kurus menggantang balak
Tak kenal kata bantuan, evakuasi,
Apalagi tenda satkorlak
Bahkan tak tahu dibalik lembah
Bandar Padang juga bergolak

Lelaki kurus menopang rindu
Melanjut hidup kayuh perahu
Tanya tak berjawab berbalut pilu
Mengapa...?
Padusi ambo menyusur bulan
Melambai dibalik remang
Dibalik awan hilang bayangan
Terbang menyusur bulan...
Terbang menyusur bulan....

Tangerang 1 oktober 2009, (Puisi yang lain dapat anda akses pada http://didikflash13.blogspot.com)

Wednesday, September 9, 2009

Suatu saat, lama di masa yang lalu

Beberapa puluh tahun yang lalu, aku mendapat rizki dari yang maha kuasa, sehingga aku dapat membeli dengan kredit sebuah mobil baru. Bau mobil baru itu memberiku semangat bekerja yang luar biasa sebagai rasa syukurku kepadaNya. Suatu saat aku pulang dari puncak menuju Jakarta, sengaja aku pilih lewat Parung tidak lewat tol agar dapat menikmati pemandangan selama perjalanan sambil melepas penat psikis selama memeras otak beberapa hari di puncak. Di tengah jalan tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Kututup jendela-rapat-rapat, kunyalakan AC, dan kuputar lagu nostalgia kesayanganku. Walaupun di luar hujan deras, kadang petir menyambar, tetapi di dalam mobil baru itu aku merasakan kenikmatan dan kenyamanan hidup yang luar biasa, aku menganggap itu wajar sebagai hasil kerjaku selama ini, sudah lama juga aku sengsara pikirku. Tiba-tiba pandanganku terfokus jauh ke ujung  jalan, seorang laki-laki menarik gerobag barang bekas, dan dibelakang mendorong gerobag itu, seorang anak laki-laki kecil.

Pandanganku terus kuarahkan ke sana, makin dekat kuperlambat mobilku sampai dekat dibelakang dan hampir disamping mereka, sekilas lelaki bertopi anyam itu memandangku, kemudian membuang mukanya lurus kedepan sambil terus menarik gerobagnya, demikian juga si anak lelaki kecil kurus beberapa saat mengamati mobil baruku, mengikuti putaran roda, kemudian terus mendorong gerobag bapaknya.Badannya basah kuyub oleh terpaan hujan, lusuh bercampur air lumpur dan keringat, wajahnya pucat pasi kedinginan,  Walaupun sekilas wajah-wajah itu menatapku tetapi seperti terpotret dan tersimpan diantara benak dan otakku. Lelaki itu sebaya denganku, demikian juga si lelaki kecil itu benar-benar sebaya dengan anak lelakiku di rumah. Mobil kupacu lagi, tetapi ada perasaan tidak nyaman di benakku, kumatikan lagu dan AC mobil, sedikit kubuka jendela. Rasanya tidak mau lagi aku menikmati kenyamanan di dalam mobil itu lagi. Berkecamuk beribu pertanyaan yang tak terjawab. Kenapa lelaki sebayaku dan anak lelaki sebaya anakku itu bernasib sangat berbeda, padahal usia kami sama, kenapa Tuhan, kenapa mereka berbeda? ingin rasanya aku protes kepada Tuhan. kenapa harus berbeda, yang membuat aku tidak nyaman menikmati anugerahMu, terus berkecamuk, seperti ada seminar besar di kepala ini. Akhirnya moderator di bagian otak dan rasa ini menyimpulkan, itulah berkahNya, yang membuat kita tak mampu menghindar dari bersyukur. Betapa kita telah dilebihkanNya dari yang lain masihkan kita ingkar dari bersyukur dan mematuhiNya. Tiba-tiba lelaki penarik gerobag dan anak lelakinya muncul di forum seminar otakku sebelum moderator menutupnya. Dia tersenyum dan mengatakan "aku juga punya perasaan yang sama denganmu tatkala aku bertemu dengan seorang lelaki cacat kakinya, berjalan terseok di tengah panas terik pasar untuk berikhtiyar meruskan kehidupannya hari itu, aku masih bersyukur bisa menarik gerobag dengan gagah, apalah artinya guyuran hujan teriknya matahari dibanding kaki kokoh dan lelaki kecil tampan yang selalu kupeluk sebagai amanah dan pemberianNya, jangan sombong, mengira hanya kau yang patut bersyukur, aku juga kawan". Sementara di pintu ruang seminar sudah menyusul lelaki pincang yang terseok di pasar di tengah terik, memaparkan makalahnya betapa dia juga sangat bersyukur tatkala bertemu dengan lelaki tua buta dan pincang merambat sepanjang jalan mengharap sedekah, untuk menyambung hidupnya hari itu saja. Sebelum lelaki tua buta dan pincang masuk ruang seminar moderator keburu mengetok palu menutup dengan "itulah kehidupan, jangan takabur dan menghindar dari bersyukur, berbagi dan berdo'a, wa billahi taufik wal hidayah wassalamualaikum warrah matullahi wabarokatuh.

Saudaraku

Hati yang Bersih, Berfikir Jernih, Bertindak Bijaksana

Saudaraku, dimanapun engkau bermukim, apapun agama dan ras sukumu, mari bertukar fikiran dan inspirasi tentang kehidupan ini. Bertolak dari hati yang bersih, Fikiran yang jernih, sehingga kita bisa bertindak cermat dan bijaksana. Kita kelompok tanpa golongan, berpihak pada kebenaran dan kasih sayang serta setia kawan. Pejuang kebaikan untuk siapa saja. Tanpa prasangka tanpa memilih. Kobarkan, semaikan, tularkan virus kejernihan hati yang paling dalam, dengan kesabaran namun berjuang tanpa henti. Ikuti panggilan nurani yang dibekalkanNYA kepada kita sejak lahir.Saudaraku..... come... inspire me... so I can do my best for the others........before the last word, before the last day coming

Wednesday, August 19, 2009

Ramadhan 2009

Ada kebahagiaan tersendiri saat ramadhan tiba, seperti titik awal dari perjalanan hidup tahunan kita. Setiap ramadhan tiba saya selalu berusaha untuk memperbaiki tatakehidupan saya, selama sebulan itu, dengan target yang telah saya tetapkan memenuhi perintahNya mulai dari hal-hal kecil yang sangat mungkin dilakukan oleh seorang hamba. Seperti misalnya menjaga waktu sholat tepat waktunya, menghindari Ghibah (membicarakan keburukan orang lain), menyisihkan sedikit rizki untuk sedekah dan tidak menundanya, menambah melaksanakan perintah sunnah, membaca sedikit ayat suci Al Qur'an karim walau seayat dan mendalami maknanya sedapat mungkin, mengagungkanNya dengan Asma'ul Husna, menghindari konflik dengan orang lain yang tidak perlu, menghindari persengkongkolan administratif yang merugikan negara dan masyarakat, mensosialisasikan kebaikan yang ada di Al Qur'an dan Hadist, dll. Selanjutnya ingin itu juga saya lakukan setelah ramadhan, termasuk mengurangi makan yang berlebihan di siang hari dan memberikan "jatah" makan tersebut untuk sedekah. Tetapi hal-hal mudah itu selalu belum sepenuhnya saya lakukan. Setiap habis lebaran saya merasa belum mampu menjadi juara satu, sehingga sulit juga melanjutkan pada bulan-bulan berikutnya. Saya selalu berharap masih diberi kesempatan untuk dapat bertemu dengan ramadhan berikutnya agar bisa ikut lagi kompetisi. Semuanya itu aku lakukan bukan semata-mata urusan surga dan neraka bukan juga masalah dosa dan pahala, tetapi karena dorongan cinta kepadaNya, takut Dia berpaling dariku, terlalu banyak yang Dia berikan padaku selama aku hidup diduniaNya, lebih dari orang lain, tak ingin aku mengecewakanNya. Karena aku sangat mencintaiNya.

Melaksanakan puasa di bulan ramadhan perlu spirit dan semangat, semangat cinta kepadaNya, karena terlalu banyak yang diberikan kepada kita selama kita hidup, lebih dari yang lain, kita tentunya ingin mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya (bersyukur) atas segala kenikmatan dan keberkahannya.

Marhaban ya ramadhan, marhaban ya muthohhir, marhaban ya Syahrul 'azim.

Tuesday, March 3, 2009

Berikan apa yang orang perlukan bukan yang anda miliki

Identifikasi apa yang diperlukan orang lain, pelajari kumpulkan informasi, bantu dan berilah orang lain sesuai dengan kebutuhannya, bukan hanya memberikan sesuatu yang anda miliki tetapi tidak diperlukan orang lain, jangan memaksakan kehendak agar orang lain berfikir sama dengan anda, hargai pendapat orang lain, sekecil dan sesederhana apapun.

Berikan baju orang lain yang sesuai dengan ukurannya, jangan berikan baju anda, dan memaksa orang lain untuk memakainya

Orang yang hanya suka bicara resep masakan, biasanya kurang pandai memasak. Demikian juga orang yang suka mencela masakan orang lain biasanya juga tidak pandai memasak

Monday, February 23, 2009

Pretty si baby sitter


Pretty si Babysitter

by didik prangbakat

Pretty seorang babysitter, sebagai babysitter dia tentu saja menerima kontrak dengan berbagai majikan, dengan bayaran tertentu sesuai aturan. Awal menjadi babysitter Pretty mempunyai misi utama, apalagi kalau bukan mencari nafkah untuk keluarganya. Walaupun kepada sesama babysitter Pretty selalu berkoar, bagaimana menjadi babysitter yang profesional demi anak majikan, demi kualitas anak bangsa dan negara, di era global, tetapi ujung-ujungnya sebenarnya tidak lebih dan tidak kurang Pretty pencari nafkah juga. 

Makin hari Pretty makin memperbaiki kinerjanya sebagai babysitter profesional, sehingga orang berebut mengontraknya dengan imbalan yang makin meningkat. Demikian dijalani Pretty tahun demi tahun, sampailah suatu saat Pretty pada titik nol panggilan jiwanya. Titik nol ini dicapai bukan karena teori kebutuhan mendasar manusia menurut Maslow telah dicapainya, atau karena sebuah rumah, mobil dan kecerdasan sebagai hasil pelatihan yang diikuti secara berkala, telah dimilikinya. Kalau hanya materi, banyak babysitter lain yang lebih kaya, banyak babysitter lain yang lebih piawai dan terampil mengelola anak majikan. Bukan itu, dan untuk memenuhi panggilan titik nol ini tidak harus menunggu semua itu terpenuhi. 

Titik nol yang dicapai Pretty berada pada segumpal darah yang ada pada dirinya, dimana jika segumpal darah itu baik maka baiklah semuanya. Mulai dati titik nol tersebut, Pretty mengubah misinya secara tulus dan ikhlas dari hati yang paling dalam, sehingga orang lain tidak tahu, hanya dirinya yang tahu perubahan itu. Mulai saat itu misi Pretty berubah total dari pencari nafkah menjadi pengharap berkah dan rahmahNya. Pretty menjaga anak majikannya dengan hati, karena mendidik anak sendiri itu naluri, mendidik anak orang lain itu nurani. Pretty bukan sekedar menjaga tetapi mendidik dengan seluruh jiwanya, mengajar setiap anak asuhnya dengan manner tertentu yang lebih baik, melatih kecakapan hidup yang diperlukan seorang anak, ketertiban, kedisiplinan, kejujuran, sehingga anak setiap majikannya tumbuh menjadi generasi yang mandiri, berkarakter dan mempunyai integritas yang tinggi, tidak mudah mencari kambing hitam atau menyalahkan pihak lain, sejak dini mempersiapkan anak asuhnya untuk lebih mencari solusi dari setiap permasalahan.

Saat ini bagi Pretty menjadi babysitter adalah jalan hidupnya, yang akan dijalani dan diselaminya sepenuh hati. Untuk semua itu Pretty tidak minta tambahan gaji, dan memang tidak tercantum didalam kontrak. Itu kontrak Pretty dengan sang Khaliq, yang telah memberi banyak kenikmatan, dan sebagai rasa syukurnya telah diberi banyak keberkahan dalam hidupnya. Pelaksanaan misi tersebut kadang harus dengan perjuangan yang sangat keras, hambatan bisa datang dari sesama babysitter yang selalu mencari kesalahannya, pembantu, bahkan majikan itu sendiri. 

Tapi bukan berarti mulai saat itu Pretty menggratiskan jasa babysitter yang dijalaninya, gaji tetap dibayar sesuai kontrak, tetapi misi Pretty yang berubah. Pretty juga tidak pernah menganjurkan pada babysitter yang lain untuk tidak mengutamakan bayaran, “kerja saja yang baik dan ikhlas, perbanyak sedekah”, sementara dia sendiri memasang tarif yang tinggi, bukan-bukan seperti itu. 
Pretty tidak pernah membandingkan diri dengan babysitter yang lain. Si A kerjanya nggak becus di bayar tinggi, si B tidak begitu cantik tetapi banyak yang suka, tidak pernah itu terlintas di benak Pretty. Dia hanya membandingkan apa yang telah dilakukan terhadap sesama manusia dan Tuhannya dibanding kenikmatan apa yang telah diterima dari sang Pemberi Berkah tersebut. 
Menurut Pretty itu harus seimbang, kalau berbagai kenikmatan itu telah diterima, ada konsekuensi membaginya pada pihak lain tanpa kepentingan lain kecuali ikhlas. Karena Tuhan juga tidak punya kepentingan apa-apa saat memberi kenikmatan kepadanya. 

Masih menurut keyakinan si Pretty, jika tidak pandai bersyukur, maka kenikmatan itu akan dicabutNya. Lagi pula untuk menjadi babysitter yang handal seperti sekarang ini, Pretty tidak punya modal sama sekali. Tubuh yang sehat dan cantik, otak yang cerdas, semua telah disediakan Tuhan, Pretty tinggal pakai, masa nggak ada rasa terima kasih sedikitpun, atau rasa syukur kepada penyedia modal tersebut. 
Walaupun dalam misinya Pretty selalu berusaha untuk menyeimbangkan antara kenikmatan yang telah diterima dengan amal sholeh dalam kerja sehari-hari, tetapi tetap saja kenikmatan yang diterimanya terus mengalir, tak ada putusnya.

Meskipun orientasinya sekarang bukan gaji/imbalan semata, tetapi imbalannya makin meningkat saja sebagai babysitter yang sudah outstanding. Tidak, tidak pernah keseimbangan itu tercapai, kenikmatan, berkah dan rahmahNya jauh lebih besar dibanding jungkirbalik manusia untuk mengabdi kepadaNya. 
Banyak babysitter lain yang mendapat kenikmatan juga seperti Pretty, namun tidak semuanya peka untuk mampu membaca dan menyadari kenikmatan dan keberkahan itu. Pada umumnya mereka selalu mengeluh, tentang gaji yang kecil anak majikan yang nakal, majikan yang kasar, mendikte dan selalu mengawasinya, dan sebagainya. 

Tidak pernah disadari bahwa tubuh yang sehat dan normal tanpa cacat, fikiran yang waras tidak down syndrom, fasilitas yang memungkinkan untuk mobile ke berbagai wilayah, kawan dan sahabat yang baik, lingkungan kerja yang kondusif yang memungkinkan untuk terus berkreasi dan berinovasi, peluang untuk mendidik putera bangsa, memperjuangkan misi mulia tertentu dan sebagainya yang tidak disadari sebagai kenikmatan yang diberikanNya. 

Walaupun misi ini, misi rahasia si Pretty setelah dia melampaui titik nol dalam jiwanya, dan harus diperjuangkan dengan keras dari berbagai hambatan dan tantangan, kadang Pretty ingin juga berbagi cerita dengan teman babysitter yang lain, meski Pretty menyadari sepenuhnya, belum semua babysitter telah mencapai titik nol tersebut, bagi yang belum mencapai titik nol, tentu ceritanya hambar belaka, bahkan akan ada cemoohan, Pretty menyadari itu, karena pencapaian ke titik nol tersebut juga merupakan berkah tersendiri, tidak mungkin dipaksakan manusia tanpa keridhaanNya. Banyak babysitter yang hanya memperjuangkan uang sepanjang hayat dikandung badan, dengan berbagai cara, termasuk kedudukan pada jenjang babysitter yang lebih tinggi, tetapi esensinya materi juga. 
Padahal kalau mau sedikit mengubah misi, dan orientasi seperti si Pretty, rezeki, berkah, kenikmatan tak akan pernah putus, makin meningkat saja. 
Ya, sebenarnya hidup ini nikmat dan simple, enjoy aja dengan bersyukur, dan bersyukur dengan bertindak memperjuangkan misi kebaikan tertentu yang kita yakini, kepada setiap orang yang memerlukan kita dengan tulus dan ikhlas, tanpa interest lain.  

Bayangkan...! si Pretty yang cantik dan anggun, berseragam putih. Kuning langsat kulitnya memantulkan kerendahan hati, sungging senyum manisnya memancarkan kebajikan dan kewibawaan sebagai babysitter usia muda, penuh semangat. 
Tatapan tajam mata bulatnya, memantulkan kecerdasan hati dan kejernihan fikirannya, belaian lembut tangannya merasuk dan menggetarkan jiwa anak-anak balita pemangku masa depan. Pretty bekerja dengan hati, mendidik dengan nurani, mengalir mengikuti naluri kearifannya.

Salam hangat dari Pretty si Babysitter, untuk semua pembaca tulisan ini.

Perjalanan hidup si Pretty:

  mencari nafkah……… mencari berkah……
  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...............................................
  -5 -4 -3 -2 -1 0 + 1 + 2 + 3 + 4 + 5
  Sementara nafkah & kenikmatan terus bertambah

didikp@cbn.net.id

If Tomorrow never comes



 Judul di atas adalah judul lagu yang dilantunkan oleh Ronan Keating, indah sekali si Ronan menggambarkan kasih sayangnya, mungkin kepada isterinya, atau anak perempuannya. If tomorrow never comes, jika esok tak pernah datang lagi.
Lirik lagu secara lengkap dapat anda temukan pada lampiran tulisan ini, sedangkan suara merdu si Ronan dapat anda dengar di kaset atau CD di toko kaset. Tetapi interpretasi bebas dari lagu tersebut kira-kira sbb:
Kadang saat tengah malam telah menggelincir, aku terbangun dan menatapnya saat dia lelap dalam mimpi indahnya, kumatikan lampu dan aku terbaring berangan dalam kegelapan. Berbagai fikiran melintas, seandainya besok aku tak pernah terbangun lagi, pernahkah dia tahu bagaimana perasaanku kepadanya. Jika hari esok tak pernah kulihat lagi, tahukah dia betapa besar cintaku kepadanya, yang tak pernah kuungkapkan. Jika esok tak pernah kulihat lagi, tahukah dia bahwa dia satu-satunya milikku yang berharga. Jika hari ini hari terakhir bagiku, mampukah dia menghadapi dunia sendiri, hanya berbekal kasih sayangku....., secara ringkasJudul di atas adalah judul lagu yang dilantunkan oleh Ronan Keating, indah sekali si Ronan menggambarkan kasih sayangnya, mungkin kepada isterinya, atau anak perempuannya. If tomorrow never comes, jika esok tak pernah datang lagi. demikian kira-kira makna lagu di atas.

If tomorrow never comes, punya satu arti yaitu, Jika hari esok tak ada lagi, atau hari ini adalah hari terakhir. Tetapi kalimat tersebut mempunyai dua makna, pertama hari ini hari terakhir dalam hidup kita, dan yang kedua bisa bermakna hari ini adalah hari terakhir dimana kita bisa berbuat sesuatu hal terbaik yang kita miliki “the best we have”menurut kemampuan kita, dan memberikan kepada orang lain yang memerlukan.
Pernahkan kita berfikir, bahwa hari terakhir, atau esok tak pernah kita lihat lagi adalah sesuatu yang pasti akan datang entah kapan tetapi pasti sekali, pasti akan kita alami. Pernahkah kita berangan, bagaimana orang-orang di sekitar kita yang kita cintai, tahukah mereka perasaan kita kepada mereka yang tak pernah kita ungkapkan selama ini, jika tomorrow never comes again pada kita , mampukah mereka face the world without me. Saat kita berfikir seperti itu tentu kita ingin mempersiapkan segala sesuatunya agar mereka dapat menghadapi dunia tanpa kita. Artinya pada hakekatnya hampir semua hidup kita, kita arahkan untuk berbuat sesuatu untuk orang lain. Bukan sekedar untuk memenuhi dan memanjakan diri sendiri. Seperti ungkapan anak muda “enjoy aja”. Orang lain itu bisa keluarga kita , sahabat kita maupun orang lain yang memerlukan ilmu, pengalaman dan potensi kita. Sebagai orang yang mempunyai ilmu, pengalaman, wawasan di bidang pendidikan, orang lain yang paling sesuai, selain keluarga kita adalah guru. 

Guru dalam arti luas bisa kepala sekolah, pengawas, aparat dinas pendidikan dan orang –orang yang memerlukan ilmu, pengalaman dan kebijakan dan kebajikan kita di bidang penddidikan. Oleh sebab itu tampaknya tidak berlebihan jika setiap hari kita mesti punya rencana, menggali apa yang kita miliki, meramu potensi apa yang ada pada diri kita, kemudian menyajikan menu tersebut, sehingga bermanfaat bagi orang lain, dalam bentuk tulisan, buku, bahan pelatihan atau perbuatan nyata seperti saran saat kita berkunjung ke sekolah, bantuan teknis dan sebagainya. Hanya itu yang layak kita lakukan. Sehingga saat tomorrow never comes again, kita sudah selesai mengalihkan, mewariskan dengan ikhlas semua yang dianugerahkan Tuhan, kepada kita yang berupa kecerdasan, ilmu, , umur, kesempatan (pengalaman) yang mengkristal dalam kebajikan dan kebijakan kita. Karena itulah kewajiban hakiki kita sebagai manusia, memberi jalan dan jembatan pada generasi berikutnya. Kalau itu tidak kita lakukan ada amanah dan kewajiban yang belum selesai. Ada sesuatu pada diri kita anugerah Tuhan, tetapi tidak kita sampaikan kepada yang berhak, dan pada saat tomorrow never comes, semua itu tidak bermanfaat lagi bagi kita. Itulah yang disebut hidup sia-sia.
Mungkin tomorrow never comes belum bermakna sebagai akhir hayat kita. Tetapi sekedar akhir masa kepegawaian kita (pensiun). Saat kita masih menjadi staf direktorat ini, kita bisa melatih ke sana kemari, berkunjung ke berbagai provinsi, memberi saran masukan berbagai hal, turut menyusun pedoman ini dan itu, seminar dan workshop di puncak dan di pantai. Tetapi saat kita pensiun, betapapun bagus ide dan gagasan kita, akan sulit tersalurkan atau terwujudkan, betapapun kita berteriak bagaimana seharusnya pendidikan ini di jalankan, sulit mendapat tempat sebagai bagian dari kebijakan. Padahal ide dan gagasan di bidang pendidikan itulah yang kita miliki. Status kita secara resmi sebagai pegawai di bidang pendidikan adalah sarana strategis untuk menyalurkan dan menghantarkan amanah yang berupa berkah Tuhan tersebut kepada orang lain. 
Kalau semua kegiatan kita sekedar untuk mencari nafkah saja, ya nafkah itu sajalah yang kita dapatkan, kita belum secara ikhlas dan serius menyampaikan titipan Tuhan. Apalagi jika nafkah tersebut kita paksakan untuk menjadi milik kita, akan berdampak buruk pada kehidupan dan keluarga kita. 

Percayalah,... ada suatu hari, dimana hari itu adalah hari terakhir kita, selanjutnya kita tidak bisa berbuat banyak. Lihat dan rasakan, setiap kita membuka mata di pagi hari, hari terakhir itu makin mendekati kita. Seperti libur panjang yang akhirnya berakhir juga. Tamasya kita di dunia nan indah permai ini ada batas waktunya. 

Kita tidak tahu siapa yang duluan, tetapi banyak diantara kawan dan karib kita, telah mengalaminya. Karena Dinas Luar ke provinsi dunia ini, ada batas waktunya dalam SPPD kita masing-masing, Ticket sudah dipesan two way traffic, ticket pulang pergi yang tidak mungkin di cancel. Bahkan, saat SK pensiun belum keluar, sudah dipanggil pulang sebelum tugas selesai. Hanya karena ticket pulang sudah siap. Sayangnya kita tidak bisa negosiasi atau berdebat dengan panitia atau agen travel itu. Tambah uang agar diperpanjang? Seperti yang sering kita lakukan, Woo... itu tidak lazim, dan belum pernah ada. Apapun yang kita kumpul-kumpulkan selama tugas di provinsi ini, orang-orang yang kita cintai, harus ditinggalkan, tidak boleh dibawa serta, karena ruang bagasi dan cabin tidak ada, dan ticket terlanjur dipesan hanya untuk satu orang saja. Yaahh...., tidak usah gusar, karena tabungan kita di kantor abadi telah dicatat dengan cermat oleh panitia dan Kekasih Abadi kita telah menunggu dengan senyum mesranya, kita hanya perlu sedikit bersiap-siap, walaupun kita tidak mungkin ditinggal pesawat.

Selamat bekerja dan belajar, sambil kita salurkan ilmu anugerah Tuhan ke pihak lain secara ikhlas dan berkelanjutan, sehingga saat Tomorrow never comes again pada kita, tuntas sudah tugas kita. Seperti seorang petani yang memandang dari pinggir ladang, kebun sayurnya yang hijau subur dan rimbun, sebagai hasil kerja kerasnya selama ini, siap dipanen oleh anak cucunya

Saat itu kapanpun, kita siap melangkah pulang dari tempat tugas provinsi dunia, kembali ke kantor kita, terlalu lama sih kita tugasnya sehingga seakan-akan kita merasa menetap di provinsi dunia ini. Kita berharap Tuhan dengan ikhlas juga akan memberijalanNya kepada kita. Saat itu kita bisa melangkah sambil tersenyum syukur, melambaikan tangan kepada dunia yang fana ini dan beruntung dapat menyelesaikan tugas duniawi dengan sempurna. Gajah mati tinggalkan gading, kita mati tinggalkan kebajikan, semoga. Jangan lupa sertakan doa, sembari ikhlas dan bersyukur, pada setiap kegiatan yang kita lakukan. (didikp@cbn.net.id)

Anak , Kita, dan Orang Tua Kita

Anak , Kita, dan Orang Tua Kita
Pernahkah kita bayangkan, .........

Alhamdullillah, jika kita diberi umur panjang, suatu saat kita terbaring di sebuah tempat tidur, yang sangat nyaman, di rumah yang sederhana tetapi bersih, teduh dan asri. Walaupun terbaring, kita tidak sedang sakit, Tuhan memberi kita kesehatan sampai usia kita lanjut, hanya saja kondisi degeneratif, karena usia, sebagian fungsi tubuh kita sudah berkurang, mata sudah tidak begitu jelas tanpa kacamata, kaki sudah mulai gemetar jika berdiri lama, sehingga tongkat menjadi teman setia, duduk terlalu lama pinggang sakit. 

Saat terbaring seperti itu otak dan pikiran kita masih jernih dan mampu berfikir dan berangan dengan cemerlang. Mungkin kita hidup berdua saja dengan isteri atau suami kita dan seorang pembantu. Suami atau isteri yang sama-sama diberi anugerah panjang umur oleh Tuhan, isteri atau suami yang menemani kita saat suka dan duka sepanjang hidup kita, disaat-saat menghadapi masa sulit membesarkan anak dan mengantarkan mereka pada jenjang yang mapan sebagai pribadi yang mandiri sebagai manusia dewasa, yang siap menjalani hidupnya sendiri bersama keluarganya. 

Dimana anak-anak sekarang?. Joni ada di Amerika, dengan dasi dan jas lengkapnya, dia sedang memimpin meeting dengan para ilmuwan eropa, sekarang orang memanggilnya Professor Joni, sedang si Rini pada saat yang sama berada di Jerman, sedang observasi lapangan persiapan pembangunan properti oleh perusahaan tempat dia bekerja. Kawannya memanggil di Enjinier Rini.  

Sebulan sekali mereka menelpon mengabarkan kondisi kita, itupun hanya 2 menit. Beberapa tahun yang lalu mereka pulang bersama keluarganya, namun hanya 2 hari harus pindah ke hotel karena anaknya gatal-gatal saat tinggal di rumah, rumah tempat bapak dan ibunya bermain dan beranjak dewasa. Rumah tempat ibu dan bapaknya kelosotan di kolong meja penuh debu tanpa pernah gatal-gatal. 

Ingin rasanya tinggal berlama-lama dengan mereka si Rini dan si Joni, ingin memeluk dan mencium keningnya, mengusap rambutnya meneliti bagian-bagian tubuhnya kalau ada yang kotor atau luka dan cedera. Dulu mereka sebentar saja ditinggal ke belakang sudah menangis dan meraung-raung. Saat kita pulang kerja mereka berlari menyongsong kita , mengulurkan tangannya dan nemplok di dada kita. Saat kita ajak jalan-jalan di tempat asing tangan kita dipegangnya erat-erat, takut kehilangan kita.  


Genggaman tangannya sulit di lepas saat hari pertama kita antarkan masuk sekolah. Pendeknya sulit sekali mereka berpisah dari kita, walaupun kadang kita marah atau jengkel saat mereka kolokan, tetapi sebenarnya kita menikmatinya menjadi gantungan jiwa mereka, rasanya kita rela melakukan apa saja saat mereka mengalami gangguan keamanan dan ketenangan. Kita bisa bertengkar dan melabrak orang lain, gara-gara dia dirugikan atau diganggu. Kita geram pada saudara atau tetangga, gara-gara mereka ribut saat buah hati kita tidur siang. 
Sekarang ..... sebentar saja ingin bertemu sulit sekali, anak-anak yang kita ajari bicara mengucapkan beberapa patah kata dulu, sekarang tidak punya waktu lagi untuk bicara dengan kita. Anak yang kita ajari menulis dan membaca dulu, jarang berkirim sekedar SMS atau surat.

 Jangan mengeluh atau nelangsa, jalur jalan yang dia lewati sekarang berbeda dengan jalur yang kita lewati, walaupun bersebelahan, dia lewat jalur cepat dengan segala fasilitas dan budayanya. Walaupun bersebelahan kita lewat jalan lama, fasilitas lama. Kita tidak pernah lewat jalan mereka, tetapi kita sudah cukup membekalinya, memberikan arahan dan pendidikan, telah menyiapkan mereka dengan baik bagaimana agar mereka selamat dan lancar lewat pada jalannya sekarang. Sampai disitulah tugas kita, amanah dari Tuhan, jangan pernah berfikir minta balasan. Hidup bukan urusan balas membalas, tetapi sambung menyambung, saling memberi jalan, dan mempersiapkan generasi penerus kita, itu tugas yang tidak bisa ditawar dan tidak boleh menuntut imbalan.

Coba saat yang sama juga kita renungkan, apa yang kita lakukan saat orang tua kita juga terbaring seperti kita, mungkin kita sedang rapat, sedang pergi ke daerah, walaupun saudara kita sudah menghubungi kita berkali-kali, kita masih menunda untuk pulang karena ada tugas yang harus kita selesaikan, kita masih sibuk. Kita tidak pernah tahu betapa penderitaan orang tua kita menjelang hari akhirnya, secara fisik yang kita ketahui, dia sakit, tetapi pernahkah kita tahu angan2nya, penderitaan batinnya saat kita tidak ada didekatnya di saat2 dia inginkan. 
Disaat- saat tertentu dia memikirkan kita membayangkan kita saat kecil, dipeluk digendong dan dibanggakan kesemua kawannya. Disaat-saat terakhirnya, dia orangtua kita, mungkin juga kesepian mengharapkan kehadiran kita setiap saat, untuk berbagi rasa dan cerita. Tetapi mereka tidak berdaya, karena kita sibuk dengan keluarga kita sendiri, kita punya jadwal sendiri dalam hidup kita.
Sama seperti kita sekarang semua berputar mengikuti siklusnya sesuai kodrat alam. dan putaran siklus itu tidak pernah berbalik arah, terus maju. Itulah hidup terus berputar mengikuti kodratnya.
Saat ini kita terbaring tidak berdaya, jauh dari mereka yang kita besarkan hampir sepanjang hidup kita. 

Pernahkah kita ingat, dulu mereka juga sering kita tinggalkan sendirian hanya bersama seorang pembantu atau saudara, yang kurang dapat dijamin kecintaannya dibanding kita orang tuanya, dimalam yang sunyi dan sepi, hujan dan halilintar menyambar diatas rumah kita, dan kita orang tuanya mungkin sedang di daerah, sedang seminar, entah sedang dimana. Mereka anak kita meringkuk kedinginan diliputi kecemasan, dan imajinasi kekanakannya merambah menjadi kekhawatiran dan ketakutan, karena kita tidak ada di sampingnya. Mungkin sekarang mereka lupakan itu semua, tetapi itulah siklus hidup manusia. Mengantar generasi berikutnya ke jalurnya sendiri ke jamannya sendiri, mereka tidak bisa balik bergabung ke jalur kita lagi.

Oleh sebab itu, tak layak kita mengharap balasan pada anak kita, kita harus siap ditinggalkan mereka, karena kita sendiri yang mengantarkan mereka ke jalur kehidupannya sekarang. Kita hanya bisa berdoa sekuat-kuatnya, mengharap ridhoNya, agar bekal yang kita benamkan dikantung jiwanya cukup untuk mengarungi jalur kehidupannya, semoga nilai-nilai yang kita kalungkan di pundak sanubarinya, cukup baginya, karena banyak keputusan yang harus dia ambil sendiri, banyak pilihan yang harus dia tetapkan sendiri, tanpa bantuan kita, dan memang kita tidak mungkin lagi membantunya.

Demikian juga kepada orangtua kita, kita perlu mendoakan setulus-tulusnya, agar Yang Kuasa selalu melingkupi dengan berkah dan karuniaNya, di dunia dan alam sana.
Kita, Anak kita dan Orang Tua kita, Berjalan searah di jalur yang berbeda, hanya bisa melambaikan tangan, tanpa bisa saling campurtangan, itulah hidup berkah Sang Pencipta. didikp@cbn.net.id

Thursday, February 5, 2009

Setiap orang punya keinginan atau kesenangan, tetapi disisi lain dia juga punya tugas/pekerjaan/job yang harus diselesaikan segera yang menentukan jalan hidupnya kelak. Tetapi pada umumnya orang lebih suka melakukan keinginan dan kesenangannya dari pada tugas-tugasnya, itulan salah satu sebab kegagalannya.
Ingin maju dan meningkat? jangan jadi Quiter, lari dari tantangan/kenyataan. Hadapilah tantangan dan kenyataan hidup mulai dari yang kecil-kecil. Indikasi bahwa kita Quiter adalah, malas, menunda, menghindar dan berdalih, carialasan lain untuk menghindar

Sering kita ditanya apa cita-cita kita, saat masih kanak-kanak, kita menjawab sekenanya, atau apa yang memang menjadi angan-angan kita. Setelah dewasa hampir 90% cita-cita itu tidak tercapai atau memang kita berubah, atau memang kita tidak mengarahkan diri secara kuat ke cita-cita tersebut. Para motivator selalu menekankan gantungkan cita-cita setinggi langit, kemudian capailah dengan sekuat tenaga. Kenyataannya kita tak henti menyusuri jalan kehidupan ini, entahlah mengarah atau tidak kearah cita-cita atau kita ikuti saja dorongan dari energi kehidupan kemana kita dibawa, sebagian orang membiarkan saja kehidupannya mengalir begitu saja. dan dia nyaman dalam aliran alun yang tenang

Terus apa yang bisa kita lakukan?

YANG BISA DAN HARUS KITA LAKUKAN ADALAH :

Melakukan hal terbaik dari yang kita miliki dan dari yang kita mampu, Do your best, dimanapun kita berada dalam aliran kehidupan ini. Tidak penting juragan atau kuli, tetapi jadilah juragan atau kuli terbaik, segera kita lakukan dengan sekuat tenaga, jangan ditunda dan jangan berfikir panjang.

Kompetensi merupakan

pengetahuan, 

ketrampilan, 
sikap dan nilai-nilai

 yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak


Seorang Ibu renta berjalan bersama anaknya, seorang pemuda gagah perkasa
Si Ibu selalu berjalan di belakang anaknya, beriringan
Saat ditanya kenapa dia selalu berjalan di belakang anaknya itu

“Sejak dulu saya selalu berjalan di belakangnya, supaya saya melihatnya kalau dia jatuh”!

Kasih ibu sepanjang jalan kasih anak sepanjang penggalah
Dia tidak pernah berfikir bahwa kalau dia jatuh anaknya tidak bisa melihatnya
Padahal yang besar kemungkinannya jatuh adalah dia yang renta
Dia tak pernah memikirkan dirinya sendiri, demi anaknya.